Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Senin, 26 Mei 2014

tokoh-tokoh belajar dan pembelajaran


A.     TEORI B.F SKINNER
     Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
     Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
1.      Kajian Umum Teori B.F Skinner
          Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
·         Belajar itu adalah tingkah laku.
·         Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
·         Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah
2.      Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
·         Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
·         Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
·         Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
·         Materi pelajaran digunakan sistem modul.
·         Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
·         Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
·         Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
·         Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
·         Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
·         Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
·         Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
·         Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
·         Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
·         Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
·         Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
3.      Kelebihan Dan Kekurangan Teori Skinner
·         Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
·         Kekurangan
Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.

B.     TEORI B.F CLARK LEONARD HULL
     Menurut Asri Budiningsih (2002: 17) teori belajar yang dikembengkan Clark Leonard Hull menggunakan hubungan antara stimulus dan respons sehingga dapat dimasukkan kedalam kategori teori belajar behaviorisme. Perbedaan teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull dengan teori belajar behaviorisme pada tokoh-tokoh lain adalah terletak pada kentalnya pengaruh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin pada teori belajar behaviorismenya.
     Pada teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga dalam kenyataanya teori tersebut tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, namun masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di labolatorium (Asri Budiningsih, 2002: 19-20).
     Baharuddin (2007: 83-84) menerangkan bahwa dalam teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull stimulus (S) mempengaruhi organisma (O) dan menghasilkan respons (R), respon yang dihasilkan tergantug karakteristik dari stimulus (S) dan organisme (O). Dalam teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull terdapat variable intervening taitu variabel yang dapat mempengaruhi perilaku seperti dorongan, inisiatif, dan kebiasaan. Teori tersebut disebut teori mengurai dorongan (drive reduction theory). Perbedaan teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull dengan teori belajar behaviorisme pada tokoh-tokoh lain adalah bahwa pemenuhan dorongan mempunyai peran yang sangat penting dalam perilaku manusia. Konsep yang sangat penting dalam belajar behaviorisme Clark Leonard Hull adalah Kebutuhan (Need), Dorongan (Drive) dan Perkuatan (Reinforcement)
     Dari semua teori-teori belajar behaviorisme, teori Clark Leonard Hull terbukti merupakan salah satu teori yang paling provokatif dengan riset-risetnya, khususnya dalam penyelidikan mengenai peranan penguatan didalam penegakan reaksi-reaksi bersyarat atau reaksi terkondisikan. Clark Leonard Hull juga diakui sebagai salah seorang ahli teori belajar behaviorisme yang paling awal berusaha merumuskan teori belajar secara kuat. Prinsip utama dalam teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull adalah bahwa suatu kebutuhan harus ada pada seseorang, sebelum proses belajar itu terjadi dan apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang lain yang lebih tahu, sebagai seseorang yang dapat memuaskan kebutuhannya. Terdapat beberapa hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Clark Leonard Hull, yaitu adanya motivation (motivasi intensif) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorongan).

C.     TEORI BELAJAR DAN EKSPERIMEN IVAN PETROVICH PAVLOV
     Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
     Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
     Menurut teori conditioning Pavlov, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response).
     Eksperimen Pavlov: Anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
     Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

D.     TEORI BRUNER
     Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery learning).Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas.
     Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan.
     Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya
     Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan taua kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.

E.     TEORI ROBERT M. GAGNE
     Pembelajaran menurut Gagne adalah seperangkat    proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).  Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).  Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
1.      Kemampuan Belajar menurut Robert M. Gagne
          Gagne mengkaji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit.  Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :
a.       keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang.  Kemampuan ini meliputi:
·         asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)
·         diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain)
·         konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur)
·         kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara)
·         kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah)
b.      strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar, ingatan dan pikiran
c.       informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan
d.      keterampilan motorik, yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu
e.       sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai moderator atas pilihan untuk bertindak).  Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan psikomotorik.



2.      Tipe Belajar
·         Belajar sinyal(signal learning)
·         Belajar stimulus respon(stimulus response learning)
·         Belajar merangkai tingkah laku (behaviour chaining learning)
·         Belajar asosiasi verbal( verbal chaining learning)
·         Belajar diskriminasi(discrimination learning)
·         Belajar konsep(concept learning)
·         Belajar kaidah(rule learning)
·         Belajar memecahkan masalah(problem solving)




DAFTAR PUSTAKA

B.F. Skinner and radical behaviorism, http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Simanjutak, Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pebelajaran, Jakarta:Penerbit Kerjasama Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT Rineka Cipta, 2002
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, Bandung, IKIP Bandung, 1988


0 komentar:

Posting Komentar