Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Senin, 26 Mei 2014

Resensi Buku Belajar dan Pembelajaran


Resume Buku Belajar dan Pembelajaran
I.     PENDAHULUAN
Buku ini berjudul Model Desain Sistem Pembelajaran, di karang oleh Benny A. Pribadi. Pertama diterbitkan di Jakarta tahun 2009 oleh penerbit Dian Rakyat dan buku ini merupakan cetakan ketiga yang diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2011. Pertama, buku ini dapat digunakan oleh semua praktisi dan akademisi, baik itu mahasiswa, guru, dosen, pelatih, instruktur, dan perancang program latihan yang mengambil bidang teknologi pendidikan. Kedua, buku ini mengupas tentang berbagai model desain sistem pembelajaran untuk diterapkan di pendidikan formal, sekolah, perguruan tinggi, dan non formal seperti tempat kursus, diklat, pelatihan, serta pendidikan luar sekolah. Ketebalan buku ini terdiri dari 256 halaman.
Isi buku ini terdiri dari 7 bab yaitu 1) Pendahuluan, 2) Sistem Pembelajaran, 3) Desain Sistem Pembelajaran, 4) Model Desain Sistem Pembelajaran, 5) Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran, 6) Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik, 7) Implementasi Desain Sistem Pembelajaran. Buku ini di sertai dengan gambar, tabel dan setiap bab di beri penjelasan dengan jelas agar pembaca dapat memahami isi bukunya.
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen yang berinterfungsi sam sama lain. Dalam sebuah sistem, komponen yang sam akan menjacli masukan bagi komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir menggunakan sistem dikenal dengan istilah pendekatan sistem atau sistem approach. Pendekatan sistem dapat dimaknai sebagai prosedur yang digunakan oleh para perancang program pembelajaran atau instructional designer untuk menciptakan sebuah aktivitas pembelajaran. Langkah-langkah dalam pendekatan ini dilakukan secara sistematis (tahap demi tahap) dan sistemik (menyeluruh) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Impelementasi pendekatan sistem dalam desain sistem pembelajaran dilakukan pada semua tahap yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang berkualitas, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menerapkan desain sistem pembelajaran. Desain sistem pembelajaran berisi langkah-langkah yang diperlukan untuk menciptakan sebuah aktivitas pembelajaran. Untuk dapat merancang sebuah sistem pembelajaran, kita perlu mengenal model-model desain sistem pembelajaran. Sefiap model memiliki ciri khas tersendiri yang relevan untuk digunakan dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang spesifik. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dikemukakan oleh Marlene Fauser dkk. (2006) yang mengemukakan bahwa "... Instructional designers cannot be effctive if they are familiar with only one model. The designers must be able to fit the design to situation and familiarity with various models will make that designer more successful." (p. 6).
Para perancang sistem pembelajaran tidak akan berperan optimal jika hanya mengenal satu model desain. Perancang desain sistem pembelajaran perlu mengenal beragam model agar dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Setiap model pada umumnya berisi deskripsi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain program pembelajaran.
Buku ini akan mengupas tentang model-model desain sistem pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas program pembelajaran. Beberapa model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan dalam buku ini dapat digunakan untuk meningkatkan efekfivitas program pembelajaran. Model-model desain pembelajaran tersebut, yaitu model Desain Sistematik oleh Walter Dick dan Lou Carey; model ASSURE dikembangkan oleh Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda; model Cycle oleh Jerold E. Kemp; model ADDIE; dan model desain Front-endsistematic design oleh A.W. Bates.
Setiap model desain sistem pembelajaran mempunyai karakteristik spesifik yang meliputi keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan dalam situasi atau setting pembelajaran tertentu. Pemahaman tentang model-model desain pembelajaran yang baik akan membantu perancang program pembelajaran dalam menciptakan proses dan aktivitas pembelajaran yang efektif. Hal ini akan memungkinkan pembelajar atau siswa mampu menggapai kompetensi yang dibutuhkan.
Model-model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan di dalam buku ini disusun secara sistematik dimulai dengan model yang sederhana sampai dengan model untuk sistem pembelajaran pada skala yang lebih besar. Model merupakan sebuah representasi pola berpikir untuk mewujudkan sesuatu. Pemilihan model desain sistem pembelajaran perlu disesuaikan dengan sistem dan kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengkombinasikan model yang sama dengan model yang lain.
Pembelajaran yang digunakan di dalam buku ini tidak dibatasi pada pembelajaran formal yang berlangsung di kelas, tetapi juga pada penyelenggaraan kursus dan program pelatihan. Semua bentuk proses pembelajaran perlu didesain secara sistematik dan sistemik untuk mencapai hasil yang optimal.
Tujuan penulisan buku ini untuk memperkaya bahan pustaka di bidang teknologi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Buku ini dapat digunakan oleh berbagai kalangan, baik praktisi maupun akademisi di bidang pendidikan, khususnya teknologi pendidikan serta mereka yang menekuni upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran. Mereka adalah guru, dosen, pelatih, instruktur, dan perancang program pendidikan dan pelatihan.
 




II.  RINGKASAN BUKU
A.  BAB I
Isi dari bab I adalah “pendahuluan” yang terdiri dari : belajar dan pembelajaran, kompetensi dan tujuan pembelajaran, dan perspektif pembelajaran yang sukses. Bab ini membahas tentang konsep belajar dan pembelajaran. Da;am pembahasannya terdapat pandangan-pandangan para pakar pendidikan tentang belajar dan pembelajaran. Selain itu, pembahasan tentang penggunaan konsep pembelajaran yang lebih sesuai digunakan daripada konsep pengajaran, kompetensi atau tujuan pembelajaran klasifikasi dan hierarki dari setiap ranah atau domain, dan juga dibahas tentang kriteria dan perspektif pembelajaran yang sukses yang meliputi beberapa indikator, yaitu efektivitas, efisiensi, dan daya tarik.
Pada sub bab “Belajar dan Pembelajaran” diuraikan tentang pengertian belajar dan pembelajaran menurut pandangan dari para ahli. Menurut Robert M. Gagne, penulis buku klasik Principles of Instructional Design, dapat diartikan sebagai "A natural process that leads to changes in what we know, what we can do, and how we behave." Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang dapat membawa pembahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang. Sedangkan menurut Robert Heinich dkk. (2005), belajar diartikan sebagai "...development of new knowledge, skills, or attitudes as individual interact with learning resources." Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar.
Menurut The dssoeiation of Educational and Commu­nication Technology (AECT), sumber belajar dapat diklasifi-kasikan menjadi:
1.    Orang (pakar, penulis, dan lain lain),
2.    Isi pesan (informasi yang tersaji dalam buku atau makalah),
3.    Bahan dan perangkat lunak (software),
4.    Peralatan (hardware),
5.    Metode dan teknik (prosedur yang clilakukan untuk mencapai sesuatu), dan
6.    Lingkungan (tempat berlangsungnya peristiwa belajar).
Belajar merupakan suatu proses aktif dan fungsi dari total situasi yang mengelilingi siswa. Individu yang melakukan proses belajar akan menempuh suatu pengalaman belajar dan berusaha untuk mencari makna dari pengalaman tersebut.
Dari sudut pandang pendidikan, belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Setelah melakukan proses belajar, biasanya seseorang akan menjadi lebih respek dan memiliki pemahaman yang lebih balk (sensitive) terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialami. Melalui belajar, seseorang akan menjadi lebih responsif dalam melakukan tindakan (Snelbecker, 1974).
Melengkapi pandangan tentang belajar seperti yang dikemukakan di atas, Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan (1993) mengemukakan pengertian belajar sebagai "...perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman." Pengalaman yang sengaja didesain untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan berlangsungnya proses belajar.

Pembelajaran
Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai " a set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning". Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan (1993) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.
Yusuf Hadi Miarso (2005, p.144) memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar (learner centereaO. lstilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah "pengajaran yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru (te- acher centered). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran.
Pada sub bab “Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran” menguraikan tentang kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran. Richey (2001) mengemukakan definisi kompetensi sebagai berikut:
“Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.”
Kompetensi, dalam hal ini dapat dipandang sebagai hasil dari sebuah proses belajar. Gagne (2005) dalam buku klasik The Conditions of Learning mengemukakan taksonomi yang juga merupakan hasil atau kompetensi dalam belajar. Taksonomi tersebut terdiri dari lima aspek, yaitu informasi verbal, keterampilan motorik, sikap, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif.
Tujuan pembelajaran yang menggambarkan kompetensi umum dan kompetensi khusus, akan membantu guru atau instruktur dalam mengarahkan proses belajar siswa. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran, siswa akan termotivasi dalam melakukan proses belajar dalam upaya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dalam sub bab “Perspektif Pembelajaran yang Sukses”, menjelaskan bahwa Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Sedangkan makna dari pembelajaran yang efisien adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi peristiwa yang menarik agar mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Heinich dan kawan-kawan (2005) mengemukakan pandangan lain tentang kriteria atau perspekfif pembelajaran yang berhasil atau sukses, diantaranya adalah:
1.      Peran aktif siswa (active participation)
Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.
2.      Latihan (practice)
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
3.      Perbedaan individual (individual differences)
Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
4.      Umpan balik (feedback)
Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam memelajari materi pelajaran dengan benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.
5.      Konteks nyata (realistic context)
Siswa perlu memelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
6.      lnteraksi sosial (socialinteraction)
Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa akan memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

B.  BAB II
Bab II ini berisi tentang pandangan-pandangan tentang pembelajaran sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait dan bersinergi untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi secara optimal. Dalam bab ini, juga dikemukakan deskripsi tentang teori sistem, karakteristik sistem, serta pembelajaran dan komponen-komponennya.
Pada sub bab “Teori Sistem”, menguraikan tentang suatu sistem yang dimaknai sebagai suatu entity atau keseluruhan yang memiliki komponen-komponen saling berinterfungsi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen yang terdapat dalam sebuah sistem saling bersinergi untuk mencapai sebuah tujuan.
Banathy (1987) mengemukakan empat karakteristik penting yang dapat mencerminkan eksistensi sebuah sistem.
1.    Interdependent mempunyai makna bahwa setiap komponen yang terdapat  dalam sebuah sistem memiliki ketergantungan untuk mencapai tujuan dan kinerja secara keseluruhan. Hasil atau output dari sebuah komponen yang terdapat dalam sebuah sistem akan menjadi input atau masukan bagi komponen-komponen sistem yang lain.
2.    Synergistic berarti kinerja dari keseluruhan komponen yang terdapat dalam sebuah sistem akan berperan lebih optimal jika dibandingkan dengan kinerja setiap komponen yang bekerja secara masing-masing. Untuk mendapatkan kinerja optimal dari sebuah sistem maka kinerja semua komponen yang terdapat di dalamnya harus dilakukan secara maksimal.
3.    Dynamic berarti sebuah sistem memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan adanya perubahan-pembahan yang terjadi di lingkungannya. Sebuah sistem menerima masukan atau input, melakukan proses, dan menghasilkan produk atau output bagi lingkungannya. Sebuah sistem senantiasa berubah secara dinamis mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungannya.
4.    Cybernetic mempunyai makna bahwa setiap elemen yang terdapat dalam sebuah sistem akan berkomunikasi secara efisien. Komunikasi ini mengarah pada upaya untuk pencapaian tujuan. Setiap komponen dalam sebuah sistem akan memberikan informasi kepada komponen- komponen sistem yang lain.
Hal penting lain yang perlu mendapat perhatian dalam memahami konsep sistem adalah mekanisme umpan balik atau feedback. Melalui umpan balik, kita dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada setiap komponen selama melakukan proses untuk menghasilkan output. Dengan cara ini kita dapat melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut.
Dalam sub bab “Pendekatan Sistem”, Melalui pendekatan sistem, kita dapat memahami proses pembelajaran sebagai suam hal yang perlu dirancang secara sistematik dan sistemik. Istilah pendekatan sistem sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses yang logis dan berulang yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu program pembelajaran. (Dick & Carey, 2005, p. 367).
Cara sistemik adalah cara pandang yang menganggap sebuah sistem sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Istilah sistematik merujuk kepada suatu upaya untuk melakukan tindakan secara terarah dan langkah demi langkah untuk mencapai suatu tujuan yang telah digariskan.
Dick dkk. (2005) mengemukakan dua keuntungan yang akan diperoleh perancang dalam mendesain sebuah aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Pertama, melalui pendekatan sistem, perancang akan berfokus atau memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap langkah yang dilakukan dalam sebuah sistem akan diarahkan pada upaya untuk mencapai tujuan.
Kedua, dengan menerapkan pendekatan sistem, perancang sistem pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antarsub-sistem atau komponen dalam sebuah sistem. Melalui mekanisme umpan balik, perancang desain sistem pembelajaran dapat melakukan revisi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja.
Pada subbab “Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem”, pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert Heinich dkk. (2005) membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa tipe, yaitu:
1.  pembelajaran di kelas, (tatap muka),
2.  pembelajaran dengan menggunakan siaran radio dan televisi,
3.  Pembelajaran mandiri dengan menggunakan paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh,
4.  pembelajaran berbasis web,
5.  aktivitas belajar di laboratorium dan workshop,
6.  seminar, simposium dan studi lapangan (field study), dan
7.  pembelajaran dengan memanfaatkan computer (multimedia) dan telekonferensi.
Komponen-komponen dari sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan, metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.
Dick dan Carey (2005) mengemukakan beberapa karakteristik siswa yang lebih spesifik, yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sebuah sistem pembelajaran, yakni:
a.    pengetahuan awal (entry behaviors),
b.   pengetahuan tentang isi/materi pelajaran,
c.    sikap terhadap isi/materi pelajaran,
d.   motivasi akademis,
e.    tingkat pendidikan dan kemampuan,
f.    preferensi atau kesukaan terhadap cara belajar tertentu, dan
g.   sikap terhadap institusi pendidikan dan pelatihan

C.  BAB III
Bab ini berisi tentang “Desain Sistem Pembelajaran” yang membahas tentang makna desain sistem pembelajaran. Paparan makna desain sistem pembelajaran ini mengemukakan pandangan para ahli tentang konsep desain sistem pembelajaran serta hubungan antara bidang teknologi pendidikan dengan desain sistem pembelajaran. Selain itu, dalam bab ini juga membahas tentang rasional dan beberapa asumsi yang mendasari digunakannya desain sistem pembelajaran, kompetensi yang perlu dimiliki oleh perancang desain sistem pembelajaran, dan teori-teori yang mendasari aplikasi desain sistem pembelajaran.
Pada sub bab “Definisi Desain Sistem Pembelajaran”, dijelaskan bahwa Istilah desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon clan CoUay, 2001). Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematik yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan. (Smith dan Ragan, 1993, p). Upaya untuk mendesain proses pembelajaran agar menjadi sebuah kegiatan yang efektif, efisien, dan menarik disebut dengan istilah sistem pembelajaran atau instructionalsistem design (lSD).
Briggs dalam Ritchey (1986, p. 9) mendefinisikan desain sistem pembelajaran sebagai suatu keseluruhan proses yang dilakukan untuk menganalisa kebutuhan dan tujuan pembelajaran serta perkembangan sistem penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.
Hasil dari proses desain sistem pembelajaran berupa cetak biru yang berisi rancangan sistematik dan menyeluruh dari sebuah aktivitas atau proses pembelajaran. Rancangan atau desain tersebut dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah pembelajaran.
Pada sub bab “Desain Sistem Pembelajaran: Suatu Bidang” menjelaskan tentang sejarah awal pemanfaatan bidang desain sistem pembelajaran yang dimulai pertama kali pada saat perang dunia kedua oleh Amerika Serikat. Bidang ini digunakan untuk keperluan pelatihan militer atau military training. Model desain sistem pembelajaran yang digunakan di Michigan State University, antara tahun 1961 dan 1965, dianggap sebagai model yang pertama. Buku klasik dan fenomenal karya Dick and Carey yang berjudul The Sistematic Design of Instruction perdana terbit pada tahun 1985.
Sejak tahun 1980, bidang desain sistem pembelajaran telah digunakan secara luas di berbagai institusi, baik pemerintah maupun swasta. Desain sistem pembelajaran terus tumbuh sebagai suatu bidang yang dapat dimanfaatkan untuk merancang program pembelajaran dan pelatihan. Desain sistem pembelajaran diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia terampil dan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan hasil belajar dan performa yang optimal.
Desain sistem pembelajaran berisi lima langkah penting, yaitu:
1.   Analisis lingkungan dan kebutuhan belajar siswa,
2.  Merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa,
3.   Mengembangkan bahan-bahan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
4.   Implementasi desain sistem pembelajaran, dan
5.   Implementasi evaluasi formatif dan sumatif terhadap program pembelajaran.
Menurut International Board of Standard for Training, Performance, and lnstruction atau IBSTPI ada empat domain kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang perancang program pembelajaran atau instructional designer, yaitu:
1.    Fondasi profesional (professional foundation)
Fondasi profesional yang perlu dimiliki oleh seorang perancang sistem pembelajaran meliputi kemampuan dalam beberapa hal sebagai berikut.
a.   Berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan sarana visual, verbal, dan tulisan.
b. Menerapkan hasil studi dan teori mutakhir dalam mempraktekkan desain sistem pembelajaran.
c.  Memperbarui (up date) dan memperbaiki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki tentang desain sistem pembelajaran.
d.  Mengaplikasikan keterampilan riset yang funda­mental dalam melaksanakan proyek dan pekerjaan yang terkait dengan bidang desain sistem pembelajaran.
e.  Mengidentifikasi implikasi legal dan etis dari perancangan program pembelajaran dalam suatu lingkungan kerja.

2.    Kemampuan perencanaan dan analisis (planning and analysis)
Kompetensi dalam melakukan langkah perencanaan dan analisis meliputi beberapa kemampuan dalam hal sebagai berikut:
a.  Melaksanakan analisis kebutuhan (need assessment).
b.  Merancang kurikulum atau program.
c.   Memilih dan menggunakan berbagai teknik untuk menetapkan materi pembelajaran atau pelatihan.
d. Mengidentifikasi dan membuat deskripsi tentang karakterisfik target populasi atau audience.
e. Menganalisis lingkungan tempat berlangsungnya program pembelajaran atau pelatihan.
f.  Menganalisis karakteristik lingkungan.
g. Menganalisis karakteristik teknologi yang tersedia dan teknologi yang tengah berkembang serta pemanfaatannya dalam lingkungan pembelajaran.
h. Menganalisis unsur-unsur situasional sebelum membuat rancangan solusi dan strategi yang bersifat final.

3.    Kemampuan perancangan dan pengembangan (design and development)
Kompetensi dalam melakukan perancangan dan pengembangan program pembelajaran meliputi kemampuan dalam hal ini sebagai berikut.
a. Memilih, memodifikasi, menciptakan desain, dan mengembangkan model yang tepat untuk pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan desain dan pengembangan sistem pembelajaran.
b.   Memilih dan menggunakan berbagai teknik untuk membuat definisi, sistematika, materi, dan strategi pembelajaran.
c.    Memilih dan memodifikasi materi pembelajaran yang telah ada.
d.   Mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
e.   Mendesain program pembelajaran yang mencerminkan adanya keragaman karakteristik siswa dan kelompok siswa.
f.   Mengevaluasi dan menilai program pembelajaran serta dampaknya terhadap pencapaian kompetensi siswa.

4. Kemampuan implementasi dan manajemen (implemen­tation and management)
Kompetensi dalam melaksanakan dan mengelola program pembelajaran meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut:
a.   Merencanakan dan mengelola pekerjaan desain sistem pembelajaran.
b.  Meningkatkan kolaborasi, kemitraan, dan hubungan dengan orang atau personel yang terlibat dalam pekerjaan desain sistem pembelajaran.
c.  Menerapkan keterampilan bisnis dalam mengelola pekerjaan desain sistem pembelajaran.
d.  Mendesain sistem pengelolaan program pembelajaran atau pelatihan
e.  Mengimplementasikan program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Para perancang dan pengelola program pembelajaran perlu memiliki kemampuan dalam hal menganalisis, mendesain, mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Dalam sub bab “Desain Sistem Pembelajaran dan Teknologi Pendidikan”, diuraikan bahwa Teknologi pendidikan merupakan sebuah bidang yang berfokus pada upaya-upaya yang dapat digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar dalam diri individu. Hal ini sesuai dengan definisi teknologi pendidikan terbaru yang dikemttkakan oleh The Association of Educational Communication and Technology ~The AECT~, yaitu:
“Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.”
Definisi dan konsep teknologi pendidikan selalu bersifat tentatif senantiasa berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Definisi teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh The AECT ini berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya dalam beberapa hal sebagai berikut.
·         Pertama, digunakannya istilah studi daripada penelitian atau riset, istilah studi membawa implikasi yang lebih luas, yaitu adanya proses reflektif di dalamnya.
·         Kedua, definisi ini memuat komitmen terhadap praktek etis. Penyelenggaraan program teknologi pendidikan harus memenuhi standar yang telah ditentukan.
·         Ketiga, objek teknologi pendidikan adalah memfasilitasi berlangsungnya proses belajar individu maupun organisasi, bukan mengontrol proses belajar.
·         Keempat, belajar merupakan inti dari definisi teknologi pendidikan. Peningkatan kemampuan belajar merupakan keunikan dan kekhasan bidang teknologi pendidikan.
·         Kelima, definisi ini mengandung konsep perbaikan kinerja yang secara impilisit bermakna adanya kriteria kualitas yang harus dipenuhi. Belajar tidak hanya menyerap pengetahuan, tapi merupakan proses aktif mencari, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
·         Keenam, definisi teknologi pendidikan yang dikeharkan pada tahun 2004 ini mencakup fungsi-fungsi penfing, yaitu penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan. Fungsi-fungsi ini sangat penting dalam aktivitas desain dan pengembangan bahan dan program pembelajaran yang merupakan aktivitas inti dalam bidang teknologi pendidikan.
·         Ketujuh, definisi ini mencantumkan secara eksplisit bahwa teknologi --alat dan metode-- pembelajaran yang digunakan harus tepat guna atau appropriate dengan individu dan situasi pembelajaran yang akan dilalui. Istilah perbaikan dan tepat guna merupakan konsep penting dalam implementasi teknologi pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirangkum bahwa desain sistem pembelajaran sebagai salah satu bidang garapan teknologi pendidikan dapat digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses pembelajaran dalam diri individu sekaligus memperbaiki kinerja. Hal ini sesuai dengan definisi dan konsep teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh The AECT yang senantiasa berevolusi.
Dalam sub bab “Rasionalisasi dan Asumsi dalam Desain Sistem Pembelajaran”, diuraikan tentang sejumlah asumsi yang dapat dijadikan sebagai dasar digunakannya desain sistem pembelajaran. Menurut Gagne (2001), asumsi-asumsi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Desain sistem pembelajaran dilakukan agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan optimal.
2. Aplikasi desain sistem pembelajaran akan membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan     pembelajaran.
3. Belajar merupakan sebuah proses kompleks yang melibatkan beberapa variabel. Dalam hal ini, John Carroll mengemukakan lima variabel penting yang dapat memengaruhi efektivitas proses belajar, yaitu:
·         keuletan siswa (learner’s perseverance), waktu yang tersedia (time allowed),
·         kualitas pembelajaran (quality of instruction),
·         kecerdasan (aptitude), dan
·         kemampuan siswa untuk belajar (learner’s ability).
4. Model-model desain sistem pembelajaran dapat diterapkan dalam berbagai jenjang dan satuan pendidikan. Desain sistem pembelajaran dapat diaplikasikan pada level kegiatan pembelajaran harian (micro), kegiatan perancangan mata kuliah (messo), atau perancangan dan pcngembangan sistem pendidikan (macro).
5. Desain sistem pembelajaran merupakan sebuah proses yang berulang. Proses desain sistem pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan dalam menerapkan komponen-komponen dasar yang meliputi analysis, design, development, implementation, dan evaluation.
6. Desain sistem pembelajaran merupakan kegiatan berisi sejumlah subproses yang telah diketahui dan saling terkait. Setiap jenis hasil belajar memerlukan kondisi belajar yang juga berbeda. Misalnya, belajar memecahkan masalah (problem solving) tidak akan dapat berlangsung efektif tanpa melibatkan siswa dengan masalah yang sedang dihadapi. Setiap bantuan belajar yang diberikan kepada siswa (learning support) memerlukan adanya desain atau rancangan yang spesifik.
Dalam sub bab “Dasar-dasar Desain Sistem Pembelajaran”, diuraikan tentang teori-teori pokok yang mendasari bidang desain sistem pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.      Teori sistem/sistem theory
Teori sistem telah lama dimanfaatkan dan mampu memberikan kontribusi khusus terhadap pengembangan prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan desain sistem pembelajaran. Selain itu, teori sistem juga memberikan perspektif yang komprehensif bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem dengan komponen-komponen yang memiliki keterkaitan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Output dari sebuah komponen merupakan input bagi komponen-komponen yang lain.
2.      Teori komunikasi/ communication theory
Teori komunikasi telah memberikan sumbangan yang berharga mengenai prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk merancang pesan (messages), baik verbal maupun visual. Teori komunikasi menyediakan model-model komunikasi yang dapat diadaptasi untuk mendeskripsikan berlangsungnya sebuah proses pembelajaran. Model komunikasi yang sering diadaptasi untuk menjelaskan tentang bagaimana interaksi --pertukaran pesan dan informasi-- antarindividu adalah model komunikasi Wilbur Schramm
3.        Teori belajar/ learning theory
Teori belajar berisi serangkaian prinsip terorganisasi yang menjelaskan tentang bagaimana individu belajar serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baru. Teori belajar perlu dipahami agar perancang atau desainer program pembelajaran dapat merancang proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Teori-teori belajar yang bersifat penjelasan atau deskriptif, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi untuk memahami proses belajar lebih baik. Pemahaman yang baik tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menciptakan kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan.
Secara umum, ada tiga teori belajar yang telah dikenal secara luas, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistik. Ketiga teori ini memiliki fokus dan pandangan yang berbeda tentang belajar. Ketiga teori tersebut sangat dominan untuk digunakan dalam memelajari proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang.
a.    Teori Belajar Behavioristik
b.    Teori Belajar Kognitif
c.    Teori Belajar Humanistik

D.  BAB IV
Bab IV berisi tentang “Model Desain Sistem Pembelajaran”, yang membahas tentang pengertian, kegunaan, dan klasifikasi model desain sistem pembelajaran. Selain itu, dikemukakan juga tentang perkembangan dan evolusi model desain sistem pembelajaran dengan karakteristik yang spesifik pada masing-masing tahap perkembangan. Dan membahas tentang klasifikasi model-model desain sistem pembelajaran, yaitu classroom oriented, product oriented, dan sistem oriented.
Benny A. Pribadi (2012), menjelaskan tentang konsep desain sistem pembelajaran dikemukakan dalam bentuk model. Sebuah model menggambarkan sebuah prosedur atau kesatuan konsep dengan komponen-komponen yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Model desain sistem pembelajaran merupakan sarana konseptual untuk menganalisis, merancang, memproduksi, menerapkan, dan mengevaluasi setiap aktivitas atau program pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran biasanya digunakan dalam bentuk flowchart, atau grafis yang pelaksanaannya perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik.
Seorang desainer program pembelajaran perlu memiliki pemahaman yang baik tentang model-model desain sistem pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat mengimplementasikan model-model tersebut untuk menciptakan program pembelajaran yang memiliki efektivitas, efisiensi, dan daya tarik.

E.  BAB V
Isi bab V yaitu tentang “Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran”, yang menguraikan secara rinci tentang model-model desain sistem pembelajaran yang meliputi beberapa model penting, yaitu :  model desain sistematik Walter Dick dan Lou Carey; model ASSURE dikembangkan oleh Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda; model Cycle dari Jerold E. Kemp; model ADDIE; dan model desain Front-end sistematic design oleh A.W. Bates.
Beragam model desain sistem pembelajaran telah diciptakan oleh sejumlah pakar dan akademisi pendidikan dan pembelajaran. Model-model tersebut telah dikembangkan dan diuji coba secara empiris dalam situasi pembelajaran atau setting yang pesifik. Seorang perancang program pembelajaran atau instructional designer perlu melakukan kajian tentang model-model desain sistem pembelajaran agar dapat menentukan, menerapkan, dan memodifikasi model yang sesuai untuk digunakan dalam menciptakan aktivitas pembelajaran.
Model-model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan dalam buku ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan dan output yang dihasilkan, yaitu model yang berorientasi terhadap pembelajaran di dalam kelas, model yang berorientasi pada produk, dan model yang berorientasi pada sistem. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan dalam setting yang spesifik.

F.   BAB VI
Isi dari bab ini adalah tentang “Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik”. Bab ini membahas tentang pendekatan atau alirran konstruktivistik dalam desain sistem pembelajaran yang meliputi pergeseran paradigma dari pendekatan behaviouristik menjadi pendekatan konstruktivistik. Dalam bab ini juga dibahas tentang makna pendekatan konstruktivistik, komponen-komponen yang penting dalam pendekatan konstruktivistik, dan contoh desain sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik.
Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma dalam pembelajaran, desain sistem pembelajaran sebagai sebuah bidang juga mengalami perubahan orientasi. Aktivitas pembelajaran, yang pada masa sebelumnya diwarnai oleh pendekatan behavioristik, kini mulai menggunakan pendekatan lain yaitu pendekatan konstruktivistik.
Pendekatan konstruktivistik memiliki perbedaan yang signifikan dengan pendekatan behavioristik, yang lebih menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil dari aktivitas dan proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivistik yang berakar pada teori belajar kognitif dan humanistik lebih menekankan pada potensi individu sebagai pembangun atau konstruktor ilmu pengetahuan.
Guru yang menggunakan pendekatan konstruktivistik lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang menyediakan pengalaman belajar dan memudahkan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Siswa dapat membangun pcngetahuan dan keterampilan yang diperlukan melalui pengalaman belajar yang bermakna dan interaksi sosial secara intensif dengan sejawat atau kolega. Komponen-komponen desain sistem pembelajaran yang menerapkan pendekatan teori belajar konstruktivistik perlu memperhatikan faktor-faktor situasi, pengelompokkan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi, dan refleksi.

G.  BAB VII
Pada bab ini diuraikan tentang “Implementasi Desain Sistem pembelajaran”. Implementasi model-model desain sistem pembelajaran dalam sistem pendidikan formal dan formal. secara khusus, bab ini juga memperlihatkan bahwa implementasi desain sistem pembelajaran sebagai suatu prosedur yang sistematik dan sistemikdapat diaplikasikan dalam sistem sekolah, perguruan tinggi, program pendidikan dan pelatihan, kursus, dan pendidikan luar sekolah. model desain sistem pembelajaran yang sesuai akan memberi respon positif terhadap efektivitas program pembelajaran.
Desain sistem pembelajaran, yang bertujuan untuk menciptakan aktivitas dan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik, dapat digunakan pada semua jenjang dan satuan pendidikan. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki ciri khas tersendiri untuk dapat digunakan sesuai dengan karakteristik sistem pendidikan tempat model tersebut diimplementasikan. Sistem pendidikan dalam konteks ini dapat dikategorikan dalam 6 macam, yaitu:
1.    Pembelajaran tatap muka,
2.    Pembelajaran dengan menggunakan media,
3.    Pembelajaran mandiri,
4.    Pembelajaran berbasis web,
5.    Workshop dan pembelajaran di laboratorium, serta
6.    Seminar dan studi lapangan atau field study.


III.   PENUTUP
Desain sistem pembelajaran merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. pembelajaran yang efektif adalah aktivitas dan proses pembelajaran.
Desain sistcm pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses yang sistematik dan sistemik. Proses untuk mendesain sebuah sistem pembelajaran dilakukan tahap demi tahap dan menyeluruh. Pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya. Cara memandang pembelajaran sebagai sebuah sistem dikenal dengan istilah pendekatan sistem.
Pendekatan sistem memandang pembelajaran sebagai suatu keseluruhan, memiliki bagian-bagian yang saling memengaruhi untuk mengoptimalkan penguasaan kompetensi atau kemampuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Heinich dkk. (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang berisi serangkaian komponen saling terkait satu sama lain dan bekerja sama secara efektif dan reliabel untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut Heinich dkk. (2005) mengkategorikan sistem pembelajaran dalam beberapa tipe sebagai berikut.
  1. Pembelajaran di kelas (tatap muka).
  2. Pembelajaran menggunakan siaran radio dan televisi.
  3. Pembelajaran mandiri dengan menggunakan bahan ajar.
  4. Pembelajaran berbasis web.
  5. Aktivitas belajar di laboratorium dan workshop.
  6. Seminar dan studi lapangan (field study).
  7. Pembelajaran dengan memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.
Istilah pembelajaran yang digunakan dalam buku ini tidak dibatasi pada sistem pendidikan formal seperti yang belrlangsung di kelas, tetapi juga sistem pendidikan non-formal seperti pada pcnyelenggaraan kursus serta program pendidikan dan pelatihan. Semua bentuk proses pembelajaran perlu didesain secara sistematik dan sistemik untuk mencapai hasil yang optimal.
Desain sistem pembelajaran dikemukakan dalam bentuk model yang dapat memudahkan para pengguna untuk menerapkannya secara sistemik dan sistematik. Ada beberapa model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli sistem pembelajaran. Setiap model desain sistem pembelajaran mempunyai karakteristik dan kekuatan yang spesifik dan penggunaannya perlu didasarkan pada kebutuhan. Gustafson dan Branch (2002) mengemukakan klasifikasi model desain sistem pembelajaran dalam tiga kategori, yaitu:
1.  model desain sistem pembelajaran untuk digunakan di kelas (classroom oriented),
2. model desain sistem pembelajaran untuk memproduksi program pembelajaran (product oriented), dan
3. model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem pembelajaran (sistem oriented).
Aktivitas desain sistem pembelajaran dapat dilakukan baik pada tingkat perorangan, seperti guru dan instruktur, maupun tingkat kerja tim (teamwork) yang sengaja ditugaskan untuk menciptakan sebuah sistem pembelajaran dalam skala lebih besar. Dengan kata lain, aktivitas desain sistem pembelajaran dapat diaplikasikan untuk keperluan mendesain aktivitas pembelajaran yang bersifat mikro, messo, dan makro.
Model-model desain sistem pembelajaran kerap memperlihatkan beberapa perbedaan baik dalam hal langkah-langkah yang terdapat di dalamnya maupun istilah-istilah atau kosa kata yang digunakan. Namun demikian, pada dasarnya semua model desain sistem pembelajaran memiliki beberapa kesamaan dalam hal komponen-kornponen yang terdapat di dalamnya, seperti analisis, desain, pengembangan, irnplementasi, dan evaluasi.
Dalam prakrek di lapangan, paradigma desain sistem pembelajaran yang selama ini didominasi oleh teori belajar behavioristik telah mengalami pergeseran ke arah pendekatan pembelajaran yang bersifat konstruktivistik. Pendekatan ini lebih memandang siswa sebagai pembangun ilmu pengetahuan (knowledge builder) daripada penerima ilmu pengetahuan yang bersifat pasif.
Pendekatan konstruktivistik mendorong individu, melalui pengalaman belajar yang ditempuh, untuk berupaya menemukan dan menafsirkan pengetahuan menjadi hasil belajar yang bermakna bagi dirinya. Dalam konteks pendekatan pembelajaran konstruktivistik, guru atau instruktur perlu menjalankan tugasnya sebagai fasilitator yang dapat membantu membangun ilmu pengetahuan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa.


 REFERENSI
Pribadi. Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

0 komentar:

Posting Komentar