Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Sabtu, 17 Mei 2014

KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam proses peningkatan kualitas keterampilan mengajar ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum memulai proses tersebut karena apabila kita tidak memperhatikan pola-pola atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dalam proses peningkatan keterampilan mengajar tersebut antara lain yaitu: cara seorang tenaga pengajar membuka dan menutup suatu pembelajaran, cara memberikan penguatan dalam proses pembelajaran, memberikan variasi stimulus terhadap siswa, bagaimana cara mengelola kelas yang efektif, dan bagaimana cara seorang guru mengaktifkan siswanya dalam proses pembelejaran.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Cara membuka dan menutup pelajaran ?
2.      Jelskan Keterampilan memberikan penguatan !
3.      Apa yang dimaksud Variasi stimulus ?
4.     
5.      Jelaskan cara Pengelolaan kelas yang efektif !

C.     TUJUAN
1.      Dapat mengetahui bagaimana cara membuka dan menutup pelajaran.
2.      Dapat mengetahui cara memberikan penguatan.
3.      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan variasi stimulus.
4.      Dapat mengetahui cara mengelola kelas dengan efektif
5.      Dapat mengetahui teknik-teknik yanng digunakan dalam mengaktifkan siswa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Untuk menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan, mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut.
Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi terhadap saran-saran guru.
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-ngakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.
  1. Prinsip-Prinsip Penggunaan
Penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran, mempunyai pengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar. Pengaruh positif itu antara lain:
a.       Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan.
b.      Siswa mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
c.       Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
d.      Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing baginya.
e.       Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa, serta
f.       Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
a.       Bermakna
Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Ceritera singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran
b.      Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.
2.      Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu (1985) adalah sebagai berikut:
                I.            Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a.       Gaya mengajar guru.
Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b.      Penggunaan alat bantu mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar-gambar kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan ditentukan sumbu simetrinya.
c.       Pola interaksi yang bervariasi
Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa-siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.
             II.            Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:
a.       Dengan kehangatan dan keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk belajar.
b.      Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya. Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
c.       Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d.      Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa. Untuk memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat diberikan contoh sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan tentang ukuran suatu benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat dimasukkan dalam suatu drum sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat uang logam sebanyak seratus rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran.
          III.            Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a.       Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan belajar tentang pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa (timbangan dan meteran). Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu menggunakan alat peraga tesebut.
b.      Menyarankan langkah – langkah yang akan dilakukan
Pada permulaan atau pada saat-saat tertentu selama penyajian pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya, tugas kalian sekarang adalah membuktikan rumus volum kerucut dengan pendekatan volum tabung. Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan beras atau pasir ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam tabung, lakukan hal tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan dari kegiatan yang kalian lakukan.
c.       Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya. Di samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula diingatkan untuk menemukan hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap. Misalnya guru berkata: Amatilah macam-macam model bangun datar segitiga ini, jelaskan mengapa ada yang disebut segitiga samakaki, segitiga samasisi, dan segitiga sembarang, serta ada yang bukan disebut model bangun datar segitiga.
d.      Mengajukan pertanyaan – pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum menjelaskan cara membagi dua pecahan, guru dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut, ibu mempunyai setengah loyang kue, kue tersebut akan dibagi dua sama besar dan akan diberikan pada kedua anaknya, berapa bagiankah kue yang diterima masing-masing anaknya? Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami cara membagi dua pecahan.
          IV.            Membuat kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
a.       Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b.      Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c.       Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
3.      Komponen-Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran
Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
                I.            Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a.       Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
b.      Membuat ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran statistika tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta membuat ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui percobaan. Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan menempelkannya di dinding atau di papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu ke seluruh kelas untuk memperoleh tanggapan.
             II.            Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas.
Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a.       Mendemonstrasikan keterampilan.
Pada akhir satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b.      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Misalnya, setelah guru menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c.       Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya, setelah permainan peran (role-playing) tentang aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan.
a.       Soal – soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.

B.     KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
  1. Hakikat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya.
Keterampilan dasar penguatan adalah segala  bentuk  respons  yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan  untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru, atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan kerjanya.
Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak akan merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi motivator untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang ditunjukkannya mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan terhaap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran.
Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons yang betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa dapat memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah dan tidak perlu dilanjutkan.
Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak, akan tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.
  1. Tujuan dan Manfaat Penguatan
Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri siswa.
Adapun tujuan dari pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah :
a.       Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
b.      Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
c.       Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
d.      Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
e.       Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
  1. Komponen Keterampilan Penguatan
Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas. Pemberian pengguatan harus bermakna bagi siswa. Beberapa komponen keterampilan memberikan penguatan ialah sebgai berikut.
1)      Penguatan Verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata berupa kalimat yang di ucapkan guru. Contoh: “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatmu”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.
2)      Pengguatan Non Verbal
Pengguatan non verbal meliputi antara lain:
1)      Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerak wajah dan anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari “jempol”, dan lain-lain.
2)      Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendakati siswa untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekarjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa. Seiring kegiatan guru mendakati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.
3)      Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa, seringkali untuk anak-anak masih kecil, guru mengusap rambut kepala siswa.
4)      Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temannya apabila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan, dan lain-lain.
5)      Penguatan berupa tanda dan benda
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang koleksi, bintang, permen, dan lain sebagainya.
6)      Penguatan berupa simbol atau benda
Misalnya (V), komentar tertulis pada buku siswa, kartu bergambar, bintang plastik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlaalu mahal harganya tetapi mempunyai arti simbolik.
7)      Penguatan tidak penuh
Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu. Tindakan guru yang baik dengan keadaan seperti ini adalah memberikan penguatan tidak penuh.Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.
  1. Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
a.       Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
b.      Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
c.       Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
d.      Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
e.       Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
  1. Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.

C.    VARIASI STIMULUS
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa,
sehingga dalam proses pembelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan dan
penuh partisipasi.

Tujuan keterampilan mengadakan variasi adalah:
a.    menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
pembelajaran.
b.    memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang
lebih baik.
c.    memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima
pelajaran yang disenanginya.
Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi, antara lain
yaitu:
a. variasi dalam gaya belajar yang meliputi penggunaan variasi suara,
pemusatan perhatian siswa, mengadakan kontak pandang dan gerak,
gerakan badan dan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas.
b. variasi dalam penggunaan media pembelajaran.
1) variasi media yang dapat dilihat, misalnya grafik, poster, bagan,
gambar, film, dan slide.
2) variasi media yang dapat didengar, misalnya rekaman suara, suara
radio, dan musik.
3) variasi media yang dapat didengar, dilihat, dan diraba. Misalnya film,
televisi, slide proyektor yang diiringi penjelasan guru.

Pelaksanaan variasi stimulus pembelajaran setidaknya meliputi:
1. Gerak bebas guru
2. Isyarat guru ( tangan, badan dan wajah )
3. Suara guru ( variasi kecepatan/besar kecil/intonasi )
4. Pemusatan perhatian pada murid (penekanan pada hal yang penting-penting dengan verbal/getural)
5. Pola interaksi ( Guru kelompok/guru murid/murid-murid )
6. Pause/diam sejenak ( Untuk memberi kesempatan pada murid untuk berfikir, memberi penekanan, memberi perhatian)
7. Penggantian indera penglihatan/pendengar ( dalam menggunakan media pembelajaran).

D.   
1.      Cara-Cara Mengaktifkan Siswa
kita bisa mencapai hasil belajar yang langeng. Adapun cara-cara mengaktifkan siswa dari awal:
a.       Strategi pembentukan tim
Kumpulan dari strategi pembentukan tim ini akan membantu siswa untuk lebih saling mengenal dan untuk membangun semangat tim dengan sebuah kelompok yang sudah dikenal satu sama lain. Startegi ini juga akan memberi siswa kesempatan untuk bergerak secara fisik, berbagi pendapat dan perasaan terbuka, dan mencapai sesuatu yang bisa mereka banggakan. Adapun strategi tersebut adalah
1)        Bertukar tempat
2)        Siapa saja yang ada dikelas
3)        Resume kelompok
4)        Prediksi
5)        Iklan televisi
6)        Teman yang kita miliki
7)        Benar-benar kian mengenal
8)        Benteng pertahanan
9)        Mengakrabkan kembali
10)    Hembusan angin kencang
11)    Menyusun aturan kelas
b.      Strategi penilaian sederhana bisa digunakan untuk memperoleh informasi awal sebelum dimulainya pemberian materi pembelajaran.
1)   Pertayaan penilaian
2)   Pertayaan yang dimiliki siswa
3)   Sampel perwakilan
4)   Persoalan pelajaran
c.       Strategi pelibatan belajar lansung bisa digunakan untuk membagun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan meransang mereka untuk berfikir.
1)   Berbagi pengetahuan secara aktif
2)   Merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang
3)   Kembali ketempat semula
4)   Menyemarakkan suasana belajar
5)   Bertukar pendapat
6)   Benar atau salah
7)   Bertanggung jawab terhadap mata pelajaran
  1. Kenapa mengaktifkan siswa dari awal itu penting
Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan siswa akan melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk mengeringkannya. Menyusun aktivitas pembuka yang menjadikan siswa lebih mengenal satu sama lain, merasa lebih leluasa, ikut berfikir, dan memperlihatkan minat terhadap pelajaran. Pengalaman –pengalaman ini bisa dianggap sebagai hidangan pembuka sebelum makanan utama; pengalaman ini membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan selanjutnya.
Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan, “yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami”. Lalu Melvin L. Siberman memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak Konfusius menjadi apa yang disebut paham belajar aktif.
a.       Yang saya dengar, saya lupa.
b.      Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
c.       Yang saya dengar, lihat, dan pertayakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
d.      Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan.
e.       Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Adapun alasan mengapa sebagian orang melupkan apa yang mereka dengar. Salah satu alasannya adalah keterkaitan antara tingkatan kecepatan bicara guru dengan kecepatan mendengar siswa. Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Tetapi berapa banyak kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam permenitnya? Itu tergantung cara siswa mendengarnya. Jika mereka benar-benar berkonsentrasi maka dapat mendengar 50 hingga 100 kata permenit, atau setengahnya apa yang dikatakan guru. Penelitian menunjukan nahwa siswa mampu mendengarkan (tanpa memikirkan) dengan kecepatan 400 sampai 500 kata permenit. Kita mendengarkan dalam waktu perkepanjangan terhadap seorang guru yang berbicara terlalu lambat, siswa cenderung menjadi jenuh, dan pikiran mereka mengembara entah kemana.
Kalopun kita harus mengunakan metode ceramah kita perlu menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 38 persen (pike,1989). Penelitian juga menunjukan adanya peningkatan hingga 200 persen ketika digunakan media visual. Sebuah gambar mungkin tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata saja.
  1. Mengaktifkan siswa dari awal sesuai dengan kerja otak kita
Otak kita tidak berfungsi seperti audio atau tape recorder. Informasi yang masuk akan dipertayakan secara koninyu. Otak kita mengajukan pertayaan-pertayaan seperti ini:
a.       Pernahkah saya mendengar atau melihar informasi ini sebelumnya?
b.      Dibagian mana informasi ini cocok?Apa yang bisa saya lakukan terhadapnya?
c.       Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama saya dapatkan kemarin atau bulan lalu atau tahun lalu?
Otak tidak sekedar menerima informasi ia mengelolahnya. Untuk mengelolah informasi secara efektif, ia akan terbantu dengan melakukan perenungan semacam itu secara eksternal dan internal. Otak kita akan melakukan tugas proses belajar yang baik jika kita membahas informasi dengan orang lain dan jika kita diminta untuk mengajukan pertayaan tentang hal itu.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah komputer kita adalah pemakainya. Sebuah komputer sebelum digunakan tentunya harus di on dulu. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, otak kita tidak on. Komputer membutuhkan sofware yang tepat untuk menginterprestasikan data yang dimasukkan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dengan cara kita berpikir.
  1. Mengaktifkan siswa dari awal sesuai dengan semua gaya belajar
Peserta didik memiliki bermacam gaya belajar; visual, audio dan kinestetik
a.       Visual adalah cara belajar dengan melihat. Biasanya mereka menyukai penyajian  informasi yang runtun. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Selama belajar mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan.
b.      Audio adalah cara belajar dengan mendengar. Mereka mengandalkan kemampuan mendengar dan mengigat.
c.       Kinestetik adalah belajar dengan cara begerak, terutama terlibat langsung dalam kegiatan.
Tetapi hanya sedikit siswa yang mutlak memiliki salah satu jenis cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama guru menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, audio, dan kinestetik. Belajar aktif bisa menghadirkan ketiga cara belajar tersebut.
  1. Teknik khusus mengaktifkan siswa
Sebagus apapun strategi pembelajaran yang digunakan, guru tetap memerlukan teknik khusus untuk mengaktifkan kelas. Berikut dikemukakan beberapa teknik khusus yang diperlukan untuk mendorong keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
a.       Humor and joking, yaitu ungkapan atau cerita-cerita lucu terkait dengan pokok bahasan, untuk menyegarkan situasi dan untuk memancing dan menumbuhkan rasa humor di kalangan siswa.
b.      Questioning, yaitu menerapkan teknik-teknik bertanya yang tepat untuk memancing keterlibatan belajar siswa. Penerapan teknik bertanya yang tepat dapat menuntun siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir keratif dalam menguraikan suatu persoalan atau menemukan jawaban-jawaban atas tugas yang diberikan.
c.       Brainstorming, yaitu teknik untuk memancing curah pendapat di kalangan siswa terkait dengan isu-isu tertentu atau tentang hal yang akan dipelajari agar siswa dapat mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dengan pokok bahasan yang akan dipelajarinya. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti penentuan tugas belajar, curah pendapat mengenai suatu kejadian atau isu, atau keperluan lain untuk mendorong keterlibatan aktif siswa. Teknik ini sangat baik untuk mengembangkan daya imajinasi dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
d.      Educative touching, yaitu sentuhan akrab seperti tepukan tangan di pudak atau usapan jari di kepala siswa. Jika dilakukan baik di saat yang tepat, tindakan semacam ini dapat menimbulkan efek psikologis yang mendukung aktivitas belajar. Sentuhan seperti itu dapat memberi semangat belajar saat siswa menyelesaikan tugas, memberi kesejukan hati saat mengalami kesulitan belajar, dan secara umum menunjukkan perhatian penuh guru atas aktivitas dan perilaku belajar siswa.
e.       Kuis dan game, yaitu menghadirkan situasi permainan dalam membahas atau mempelajari pokok bahasan tertentu. Topik-topik tertentu akan lebih mudah dipahami dan menyenangkan untuk dipelajari jika pembelajarannya dilakukan dalam bentuk kuis atau game tertentu.
f.       Modeling, yaitu pemberian contoh atau peragaan terhadap kompetensi atau perilaku belajar tertentu yang diharapkan dikuasai siswa. Siswa dapat lebih mudah memahami suatu pokok bahasan jika bagian-bagian yang menjadi unit pembelajarannya diberi contoh atau peragaan konkrit oleh guru.
g.      Immediate feedback and rewards, contingent-specific-credible prise, yaitu pemberian balikan dan penghargaan kepada siswa segera setelah menunjukkan kinerja belajar yang efektif. Teknik ini, jika dilakukan dengan tepat, dapat mendorong keterlibatan belajar lanjut yang lebih intensif.
h.      Independent practice dan seatwork, yaitu tugas-tugas belajar untuk diselesaikan secara mandiri oleh siswa, baik selama proses pembelajaran dalam kelas, ataupun sebagai tugs pekerjaan rumah.
i.        Autehentic assignment, yaitu memberikan tugas yang berkaitan langsung dengan dunia faktual yang ada di sekitar siswa. Ini bisa berupa pemberian tugas yang terkait dengan pengalaman pribadi siswa (self experience report) atau yang terkait dengan kejadian-kejadian yang terjadi, diamati, dialami setiap hari di lingkungan sekitar mereka.
j.        Small group discussion, yaitu pemberian tugas belajar yang harus dikerjakan secara bersama oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Teknik ini memberikan peluang kepada keseluruhan anggota tim untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
E.     PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika guru mampu siswa dan sarana pengajaran serta mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar.
Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa gurulah yang mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin, bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.
Di samping itu pula guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuannya.
Dari beberapa keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya suatu pengelolaan kelas yang baik agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena dorongan itulah maka perlu adanya suatu penelitian yang mengamati tentang usaha apa yang akan dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas maka dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati guru dalam mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar.
  1. Masalah pengelolaan kelas
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multidimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun, kapan pun, dan dimana pun. Karena itu, bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja bukan waktu yang dikehendaki anak.
Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa, seperti:
a.       Kurangnya kesatuan antar siswa karena perbedaan gender (jenis kelamin), rasa tidak senang, atau persaingan tidak sehat.
b.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap pergi kesana-kemari, dan sebagainya.
c.       Terkadang timbul reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh, dan sebagainya.
d.      Kelas mentolerir kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
e.       Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebgainya.
f.       Moral rendah, permusuhan, sikap agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.
g.      Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.
  1. Pengelolaan Kelas yang Efektif
Bila kelas diberikan batasan sebagai sekelompok orang yang belajar b ersama yang mendapatkan pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik mereka masing-masing yang berbeda dari yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan guru.
b.      Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
c.       Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-ondividu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana pelajar.
d.      Kelompok kelas menyyisipkan pengaruhnya kepada anggota-amggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dikelas dikala belajar.
e.       Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan guru mengelola kelas secara kelompok, makin puas murid-murid dikelas.
f.       Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesattuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah mauupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dan siswa, tetapi juga menambah terciptanya efektivitas, yaitu interaksi yang bersifat kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan beberapa variabel masalah yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang efektif dan sehat, yaitu :
a.       Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.
b.      Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan kerja sama.
c.       Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memeri efek kepada hubungan dan kondisi belajar.
d.      Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan, dan perasaan tertekan.
e.       Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.
Figur seorang guru yang baik adalah guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mau mendengarkan saran dan kritikan siswa, dan sebagainya. itulah guru yang disenangi murid, yang selalu dirindukan, didambakan siswa. Guru yang memiliki ciri demikian biasanya kurang menemui kesulitan dalam mengelola kelas.
Thomas Gordon mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.       Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain.
b.      Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.
c.       Saling ketrgantungan, antara stu dengan yang lain.
d.      Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang utmbuh dan mengembangkan keunikannya, kreativitasnya, dan kepribadiannya.
e.       Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.
  1. Ketrampilan Yang Berhubungan Dengan Kondisi Belajar Optimal Setelah  Mendapat Gangguan.
Ketrampilan ini berhubungan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan optimal.
Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang relevan tetap saja terjadi kembali, guru dapat meminta bantuan :
a.       Kepala Sekolah
b.      Konselor/BP
c.       Waka kesiswaan untuk membantu mengatasinya.
Bukanlah kesalahan professional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan anak didik dalam kelas berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas
a.       Strategi Yang Dapat Digunakan
1)        Modifikasi Tingkah Laku
Guru hendaklah menganalisis tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
a)      Dapat kerjasama dengan rekan kerja mengatasi masalah
b)      Merinci dengan tepat tingka yang menimbulkan masalah
c)      Memilih dengan teliti tingkah yang diperbaiki dengan mudah untuk diubah, tingkah yang paling menjengkelkan yang sering muncul.
d)     Tepat memilih pemberian penguatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan tingkah yang telah menjadi baik.
2)   Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
a)      Memperlancar tugas, mengadakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
b)      Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
3)    Menemukan dan memecahkan tingkahlaku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru yang muncul, guru harus mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah tersebut. Serta berusaha mencari pemecahanya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
2.      Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari.
3.      Penguatan adalah suatu respon terhadap suatu tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
4.      Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa,
sehingga dalam proses pembelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan dan
penuh partisipasi.
5.      Guru yang telah memiliki jam mengajar cukup lama tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengelola kelas waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Berbeda dengan guru baru yang belum memiliki jam mengajar yang banyak. Kebanyakan diantara mereka masih mencari bentuk atau pola dengan mencontoh gurunya yang mereka sukai pada waktu mengajar.
6.      Salah satu tugas seorang guru adalah membimbing, mengarahkan siswa untuk aktif belajar. Dengan demikian seorang guru perlu mengetahui bagaimana cara mengaktifkan siswa untuk belajar yaitu dengan cara menciptakan kondisi yang merangsang, menantang daya pikir dan cipta si belajar sehingga ia aktif dalam merespon pelajaran

DAFTAR PUSTAKA
http://dakwahdigital.blogspot.com/2012/11/memberikan-penguatan-pada-pembelajaran.html
http://1sajak.blogspot.com/2013/12/ketrampilan-memberi-penguatan-dalam_1315.html
https://sites.google.com/site/tohathea/rpp
http://www.omkris.com/2012/05/teknik-membuka-dan-menutup-pelajaran.html
http://guru-ina.blogspot.com/2012/03/mengelola-kelas-yg-efektif.html
http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-kelas-yang-efektif-dan.html
http://kumpulanartikelkaryaku.blogspot.com/2011/01/kiat-mengelola-kelas-secara-efektif.html
http://www.tuanguru.com/2012/08/teknik-khusus-mengaktifkan-siswa-dalam-pembelajaran.html
Melvin L. Siberman, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, Bandung; Nuansa, 2011.
www. Google.com
2006. Model Pembelajaran Efektif pada Sekolah Unggulan di Sulawesi Selatan. Makassar: Universitas Negeri Makassar
staffsite.gunadarma.ac.id/widyo/index.php?stateid=download..20/03/2010
Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed., dan Drs. Moedjiono, 1988, Proses Belajar Mengajar, CV. Remaja Karya, Bandung.
Drs. Syaiful bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Drs. Moh. Uzer Usman, 1992, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd., 2009, Strategi Belajar Mengajar, PT Refika Aditama, Bandung.


0 komentar:

Posting Komentar