Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Sabtu, 17 Mei 2014

Artikel Evaluasi Pendidikan


      
       Tugas Individu
       MK. Psikologi Pembelajaran


ARTIKEL PSIKOLOGI PEMBELAJARAN



Description: Description: I:\download\1525734_10200890914146224_588131332_a.jpg




Oleh :

RAHMAT HASAN
1125040010


JURUSAN PENDIDIKAN  TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Upaya mengoptimalkan kemampuan guru yang belum merata dan didorong oleh kemauan untuk memperbaiki mutu evaluasi pembelajaran yang sampai saat ini masih rendah , perlu menjadi bahan kajian mahasiswa untuk senantiasa menelaah dan mengkaji dimana titik-titik hambatannya, sehingga dipandang perlu membahasnya dalam dunia akademik. Penyampaian informasi pembelajaran yang dirancang dan didesain sedemikian baiknya, namun tidak diimbangi dengan telaah evaluasi yang akan diujikan maka keberhasilan pembelajaran belum dapat diukur dan dinilai pencapaiannya.
            Istrumen penelitian jenis tes merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam proses pembelajaran, namun masih banyak guru yang tidak melakukan penelitian jenis tes terlebih dahulu sebelum memberikan tes bahkan aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan.
            Angket juga merupakan instrument pengumpulan data yang mempunyai banyak kelebihan diantaranya dapat mengumpulkan informasi data dalam waktu yang sama dan subyek yang banyak. Namun guru jarang melakukan hal ini dalam proses pembelajaran yang ditelitinya. Setelah data dikumpulkan harus diuji keabsahannya. Maka harus dilakukan uji validitas dan reabelitas.
            Selain siswa diukur dan dinilai dalam bentuk memberikan evalusi pendidikan siswa juga dinilai aspek afektifnya dengan format penilaian yang ditetapkan oleh guru. Setelah semua selesai dilaksanakan maka harus membuat pelaporan hasil penilaian yang dipublikasikan dalam bentuk laporan hasil penilaian. Misalnya setiap semester siswa menerima rapor hasil belajar selama satu semester.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Apa pengertian dan alasan/dasar evaluasi?
2.    Sebutkan syarat-syarat tes yang baik?
3.    Jelaskan langkah-langkah pokok dalam evaluasi!
4.    Sebutkan alat evaluasi?
5.    Jelaskan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma!
C.   Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui pengertia dan alasan/dasar evaluasi.
2.    Mampu menjelaskan syarat-syarat tes yang baik
3.    Mampu menjelaskan langkah-langkah pokok dalam evaluasi
4.    Mampu menyebutkan alat evaluasi
5.    Mampu menjelaskan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma
 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertia dan Alasan/Dasar Evaluasi
1.      Pengertian Evaluasi
          Istilah yang sering muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah pengukuran, penilaian dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka perlu penegasan arti seperti yang dikemukakan oleh DR. Suharsimi Arikunto sebagai berikut:
a.       Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
b.      Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
c.       Mengadakan evalusi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai.
2.      Alasan/Dasar Evaluasi
          Sedangkan alas an/dasar evaluasi di dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Surya Brata bisa dikelompokan menjadi tiga kelompok yakni dasar psikologis, didaktis dan administrative.
a.       Dasar Psikologis
(1)   Ditinjau dari anak didik
        Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu memilih ide dan melaksanakan seecara lepas dari pendukung ide tersebut. Mereka belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka belum bisa berpegangan kepada pedoman yang berasalan dari dalam dirinya, melainkan berpedoman kepada norma-norma yang berasala dari luar dirinya, yaitu orang dewasa, termasuk di dalamnya gurunya. Pendapat mengenai belajar dan hasilnya juga pendidikan mereka dijadikan serta pedoman yang pasti, mereka juga ingin mengetahui status dalam kelompoknya.
(2)   Ditinjau Dari Pendidik
        Orang tua atau wali murid adalah orang pertama yang mempunyai kepentingan mengenai pendidikan anak-anaknya. Oleh karenanya mereka secara psikologis ingin mengetahui hasil belajar, anak-anak mereka. Bagi pendidik professional/guru yang diserahi sebagai tanggung jawab pendidikan tersebut juga secara psikologis senantiasa ingin mengetahui hal yang sama. Keberhasilan atau kegagalan akan mengakibatkan motivasi yang kuat untuk langkah berikutnya.
b.      Dasar Didaktis
(1)   Ditinjau Dari Segi Anak Didik
        Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yang terhormat akan menimbulkan kepuasan. Kepuasan ini ingin senantiasa diperolehnya lagi dalam waktu-waktu lain. Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat dan sebaliknya, bila siswa mengetahui statusnya dalam kelompoknya, mereka akan berusaha agar hasil yang tidak/-menyenangkan tersebut tidak terulang kembali. Sehubungan dengan hal ini telah diadakan penelitian-penelitian antara lain oleh Mursell sebagai berikut: “mengnai soal belajar yang sederhana subjek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama (kelompol eksperimen) diberitahukan mengenai hasil-hasil pekerjaannya, sedangkan kelompol kedua (kelompol control) tidak. Hasil kelompok pertama ternyata lebih baik. Untuk mencek hal ini lalu dilakukan rotasi; kelompok kedua diberitahu dan kelompol pertama tidak, ternyata hasilnya juga ikut terbalik.
(2)   Ditinjau Dari Segi Pendidikan
        Hasil yang dicapai oleh siswa akan segera memberi petunjuk terhadap guru, dalam hal-hal apa ia berhasil dan dalam hal-hal apa ia gagal. Semua itu dipakai dasar membimibng siswanya pada saat berikutnya.
        Dari hasil evaluasi itulah, guru akan segera mengetahui status anak dalam kelompoknya, kesamaan kesulitan yang dihadapi oleh sebagian besar anak didiknya, kelemahan metoda yang dipilih, kesiapan siswa dan pengetahuan dasar/pengetahuan awal yang dimiliki anak dan juga mengetahui siapa saja di antara mereka yang perlu mendapat pembinaan dan bibmbingan khusus atau perlu remedial.
c.       Dasar Administratif
       Untuk pemenuhan berbagai kebutuhan administrasi, maka penelitian mutlak harus dilakukan. Tanpa data dan informasi yang diperoleh dari evaluasi, maka petugas dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi rapor, sttb, menentukan naik kelas atau tidak dan sejenisnya.
B.     Syarat-syarat Tes Yang Baik
            Syarat-syarat tes yang baik menurut Sumadi Suryabrata adalah sebagai berikut:
1.      Reliable
2.      Valid
3.      Obyektif
4.      Diskriminatif
5.      Comprehensive
6.      Mudah digunakan.
          Perlu diketahui bahwa enam syarat tersebut sebenarnya yang paling utama adalah valid dan reliable, namun demikian bukan berarti empat syarat yang lain kecil artinya.
          Suatu tes dikatakan reliable bila tes tersebut memiliki contistencif, maksudnya bila tes diberikan kepada sekelompok subjek yang sama dalam dua saat/waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama atau hampir sama. Untuk menyelidiki reliabilitas suatu tes dapat dipakai bantuan statistic dengan teknik korelasi. Misalnya dengan jalan mengkorelasikan skor testing pertama dengan skor testing kedau atau hasil/skor dari nomor-nomor ganjil dikorelasikan dengan hasil/skor nomor-nomor genap.
          Adapun bila suatu tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes tersebut dapat dikatakan valid. Misalnya tes untuk mata kuliah didaktik harus benar-benar dan hanya mengukur kepandaian anak dalam mempelajari didaktik, tidak boleh memasukan tes tentang kecakapan bahasa inggris, meskipun sebagian dari buku wajibnya masih berbahasa inggris. Teknik korelasi dalam hal ini juga membantu untuk mengecek validitasnya dengan cara mengkorelasikan hasil testing yang memakai tes tersebut dengan hasil testing yang memakai tes yang sudah mapan atau dipandang baik. Bila korelasinya tinggi maka berarti validitasnya pun tinggi.
          Syarat berikutnya adalah obyekti, yang mempunya pengaruh besar terhadap dua syarat yang terdahulu. Tes dikatakan obyektif bila hasil tes tidak tergantung kepada pemberi skor; maksudnya bila tes tersebut diskor oleh orang yang berlainan dan dalam waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama. Selain itu tes obyekti, kalau hanya mengandung satu kemungkinan interpretasi saja.
          Selanjutnya, tes itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukan perbedaan-perbedaan yang sekecil-kecilnya/deskriminatif.
          Syarat keliam, tes itu harus comprehensive, artinya tes tersebut mencakup segala percobaan yang harus diteliti. Ia harus mampu mengungkap kemampuan siswa dari seluruh bahan yang telah diajarkan, tidak hanya sebagian saja. Dengan demikian guru akan memperoleh informasi yang lengkap dan siswapun tidak bisa melakukan spekulasi dalam belajar.
          Sedangkan syarat yang terakhir, tes itu harus mudah dipergunakan, tidak sulit dan berbelit-belit, ia tidak menuntut peralatan yang banyak dan mahal, mudah pemeriksaannya dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
C.     Langkah-langkah Pokok Dalam Evaluasi
          Menurut M. Buchori M.Ed. langkah-langkah pokok dalam evaluasi secara berurutan adalah sebagai berikut:
·         Langkah perencanaan
·         Langkah pengumpulan data
·         Langkah perivikasi data
·         Langkah pengolahan data
·         Langkah penafsiran data
          Perencanaan dalam evaluasi sebenarnya bisa dipisahkan menjadi: persiapa umum yang meliputi, frekuensi ujian dalam satu tahun, semester dan satuan-satuan lain yang berlaku, juga mengenai bentuk evaluasi yang akan dipakai pada tiap-tiap tahap, merumuskan criteria. Persiapan khusus yaitu persiapan khusus dalam rangka evaluasi tertentu misalnya: bila ujian tertulis, maka perlu segera disiapkan tata tertib, daftar hadir, berita acara, pengamat, kertas serta soal tertulis. Namun bila ujian lisan perlu dipersiapkan pertanyaan-pertanyaan dan catatan-catatan khusus atas jawaban mereka dan hal-hal lain yang diperugunak sesuai dengan tujuan ujian tadi.
          Setelah perencanaan matang, maka kini bisa saatnya peguji/pendidik akan segera mengumpulkan data. Yang dalam hal ini harus dipertimbangkan: jenis data yang akan dikumpulkan, cara-cara yang akan dipakai untuk memperolehnya dan alat-alat/soal-soal yang baik tentunya.
          Berikut adalah verifikasi data, yaitu penyaringan data yang masuk lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut proses penyaringan/penelitian atau verifikasi ini untuk memisahkan data yang buruk dan yang baik. Hal ini penting sebab data yang buruk hanya akan merusah atau mengaburkan gambaran yang akan diperoleh. Data yang lebih membutuhkan verifikasi adalah data yang berasal dari sumber kedua, misalnya sekumpulan data tentang prestasi sekolah yang berasal dari berbagai macam sekolah dari berbagai daerah. Hal semacam itu biasanya memerlukan proses verifikasi yang cukup panjan. Contoh: suatu obyek penyelidikan yang dilaksanakan oleh M. Buchori M.De.: Untuk mengadakan verifikasi terhadap sekumpulan data harus diatadakan perhitungan korelasi sebanyak 135 kali dengan mempergunakan empat jenis teknik. Perhitungan korelasi dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan-perhitungan korelasi ini berjumlah 700 jam kerja.
          Setelah selesai verifikasi, kemudian memasuki tahap pengolahan data untuk member makna terhadap data tersebut, jenis pengolahan bisa bersifat statstik dan juga bersifat non statistik, ini sangat tergantung kepada jenis data dan tujuan penilaian.
          Tahap terakhir adalah penafsiran pada data, yang sebenarnya hanya merupakan verbalisasi (menjadikan data kebentuk kalimat yang tepat dan mudah dipahami) dari makna dan arti yang sudah mulai terasa selama proses pengolahan. Pada tahap tertakhir ini harus dilakukan sangat hati-hati agar kesimpulan yang diambil tidak merupakan suatu hal yang tidak sesuai atau tidak didukung oleh data yang ada (over statement atau under statemen). Misalnya:
   Si A lebih hebat dari Si B.
          Di sini perlu dipertanyakan apakah perbedaan si A dan si B betul-betul signifikan, apakah pemakaian kata hebat sudah cocok sebagai simbol berpedaan nilai rata-rata A 6,9 sedang B 6,5?, dan sebagainya.
          Selain hal-hal yang tersebut, masalah komunikasi juga penting, artinya interpretasi terhadap data yang telah diolah harus sesuai dengan calon penerima laporan sehingga bisa dipahami.
D.    Alat Evaluasi
          Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” bisa disebut juga dengan istilah “instrument”.  Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrument evaluasi. Secara garis besar alat evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu non tes dan tes.
1.      Non tes
          Alat evaluasi non tes dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek dari individu, sehingga tidak hanya untuk menilai aspek koknifit, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoriks.
Berikut ini macam-macam alat evaluasi non tes:
a.       Skala bertingkat (rating scale)
          Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama, secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.

          Contoh kecenderungan seseorang terhadap jenis kesesuaian terterntu.
Gambar 1. Gambar kecenderungan seseorang terhadap kesesuaian
b.      Kuisioner (angket)
          Kuisioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan alat ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat dan lain-lain.
Macam-macam kuisioner
1)      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
a)      Kuisioner langsung
       Dikatakan langsung jika kuisioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.
b)      Kuisioner tidak langsung
       Yaitu kuisioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya.
2)      Ditinjau dari segi cara menjawab
a)      Kuisioner tertutup (berstruktur)
      Yaitu kuisioner yang disusun dengan menggunakan pilihan jawaban, sehingga responden tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b)      Kuisioner terbuka
      Yaitu kuisioner yang disusun sedimikian rupa, sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya.
c)      Daftar cocok (cek list)
      Yang dimaksud daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasa disingkat-singkat) di mana responden tinggal membubuhkan tanda () ditempat yang sudah disediakan.
d)     Wawancara (interview)
      Wawanca adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Wawancara dapat digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, dan lain-lain.
Macam-macam wawancara:
(1) Wawancara bebas (tak berstruktur)
      Responden bebas mengmukakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang dibuat oleh subyek evaluasi.
(2) Wawancara terpimpin (berstruktur)
      Yaitu wawancara yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
e)      Observasi
      Observasi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu, atau proses terjadinya suatu kegiatan yang diaamati baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Macam-macam observasi:
(1) Observasi langsung
      Pengamatan dilakukan terhadap/gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan lansung diaati oleh pengamat.
(2) Observasi tidak langsung
      Observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan bantuan alat tertentu.
(3) Observasi partisipasi
      Peneliti ikut melibatkan diri dalam kehidupan responden yang sedang diteliti.
f)       Riwayat hidup
      Yaitu gambaran tentang keadaan seseoran selama masa kehidupan.dengan alat ini dapat ditarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai.
g)      Studi kasus
      Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu misalnya, mempelajari secara khusus anak nakal.
h)      Sosiometri
      Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan dirinya, terutama hubungan siswa dengan teman sekelasnya.
2.      Tes
          tes berasal dari bahasa Perancis kuno “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.
          Sedangkan menurut istilah merupakan alat/prosedur yang digunakan untuk mengetahui/mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan tertentu.
Cirri-ciri tes yang baik:
a.       Validasi
          Sebuah data/informasi dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan keadaan senyatanya.
          Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.
b.      Realisas
          Realisas artinya dapat dipercaya. Tes dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang tepat apabila dites kan berkali-kali.
c.       Obyektivitas
          Sebuah tes dikatak obyektif apabila tidak ada factor subyektif yang mempengaruhi.

d.      Praktibilitas
          Tes mempunyai praktibilitas tinggi, apabila tes tersebut bersifat praktis; mudah dilaksanakan, mudah diperiksa, dan dilengkapi petunjuk yang jelas.
e.       Ekonomis
          Dikatakan ekonomis apabila pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Macam-macam bentuk tes
Secara garis besar bentuk tes dibedakan menjadi dua yaitu:
1)      tes subyektif/uraian
        Yaitu sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan/uraian kata-kata. Tes tersebut ada dua jenis:
a)      Tes uraian bebas.
       Dimana siswa diberikan kebebasan dalam mengemukakan jawabannya.
b)      Tes uraian terbatas.
       Dimana siswa diberi batasan dalam menjawab, pembatasan dari segi ruang lingkut, sudut pandang, atau indicator.
Kelebihannya:
       Mudah dalam pembuatannya, mendorong siswa berani mengemukakan pendapat, tidak spekulasi.
Kelemahannya:
       Validitas dan reliabilitasnya rendah, kurang mewakili bahan, pemeriksaannya sulit dan butuh waktu lama.
2)      Tes Obyektif
       Yaitu apabila pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Macam-macam tes obyektif:
a)      Tes benar salah
       Soal-soalnya berupa pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
b)      Tes pilihan ganda
       Suatu pernyataan yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih salah satu dari beberapa jawaban yang disediakan.
Bagian-bagian dalam tes pilihan ganda
Stem                 : bagian pernyataan
Option  : alternaf jawaban
Key                  : kunci jawaban
Destructor        : pengeco/jawaba yang salah
c)      Menjodohkan
          Terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
d)     Tes isian
          Disebut juga tes menyempurnakan atau melenkapi yaitu terdiri dari atas kalimat-kalimat yang ada bagian yang dihilangkan.
Kelebihannya:
             Reprentatif mewakili bahan, mudah dan cepat memeriksanya dan dapat diserahkan pada orang lain.
Kelemahannya:
             Sulit dalam menyusunnya, memungkinkan spekulasi, dan kerja sama antar siswa cenderung mengungkat ingatan saja.
E.     Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norman (PAN)
          Dalam evaluasi ada dua macam acuan yang dijadikan standar untuk membandingkan dengan hasil pengukuran acuan tersebut adalah:
1.      Penilaian Acuan Patokan
          Penilaian berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi paedagogik. Asumsi paedagogik didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan pesertadidik kendalanya dapat dikurangi, maka pendidik harus memacu peserta yang pintar dan membantu yang lemah.
          Selain itu acuan ini digunakan apabila kurikulum yang diajarkan bersifat statis;materi yang relatif tetap dan tidak mengalami perubahan sesuai tuntutan lingkungan. Maka metode yang digunakan adalah mastery learning/belajar tuntas (pemahaman dalam penguasaan materi – bukan kreatifitas peserta didik).
          Sebagai gambaran dalam menetapkan besar kecilnya presentase untuk penetapan nilai PAP adalah sebagai berikut:
Taraf Penguasaan Bahan
Tabel 1. Tabel Pemberian Nilai
Taraf penguasaan
kualifikasi
Nilai huruf
Angka kualitas
91-100%
81-90%
71-80%
61-70%
Kurang dari 60%
Memuaskan
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
A
B
C
D
E
4
3
2
1
0

2.      Penilaian Acuan Norma PAN
          Penilaian acuan norma juga dikenal dengan penilaian acuan kelompok. Acuan ini digunakan apabila didasarkan atas asumsi psikologik, yakni pandangan yang menyadari bahwa tidak semua orang itu mempunyai kesamaan kemampuan, individu itu memiliki kemampuan yang beragam.
          Acuan ini digunakan apabila jenis kurikulum yang diajarkan bersifat dinamis materi selalu berubah sesuai tuntutan lingkungan dan zaman. Pengajaran bertujuan mengembangkan kreativitas individual.
          kriteria penilaian PAN adalah kemampuan rata-rata kelompok, kemudian individu diukur seberapa jauh menyimpang dari rata-rata tersebut. Adapun langkah-langkah dalam mengolah nilai:
a)      Memberikan skor kepada semua peserta didik.
b)      Mencari nilai rata-rata kelompok
c)      Mencari besar kecilnya simpang baku.
d)     Membuat pedoman konversi berdasarkan skala yang dikehendaki.
e)      Menentukan nilai masing-masing peserta didik berdasarkan pedoman konversi tersebut.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengertian Evaluasi
     Istilah yang sering muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah pengukuran, penilaian dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka perlu penegasan arti seperti yang dikemukakan oleh DR. Suharsimi Arikunto sebagai berikut:
·         Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
·         Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
·         Mengadakan evalusi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai.
Alasan/Dasar Evaluasi
     Sedangkan alas an/dasar evaluasi di dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Surya Brata bisa dikelompokan menjadi tiga kelompok yakni dasar psikologis, didaktis dan administrative.
Syarat-syarat tes yang baik menurut Sumadi Suryabrata adalah sebagai berikut:
·         Reliable
·         Valid
·         Obyektif
·         Diskriminatif
·         Comprehensive
·         Mudah digunakan.
Menurut M. Buchori M.Ed. langkah-langkah pokok dalam evaluasi secara berurutan adalah sebagai berikut:
·         Langkah perencanaan
·         Langkah pengumpulan data
·         Langkah perivikasi data
·         Langkah pengolahan data
·         Langkah penafsiran data
Alat Evaluasi
Non tes
·         Skala bertingkat (rating scale)
·         Kuisioner (angket)
Tes
·         Validasi
·         Realisas
·         Obyektivitas
·         Praktibilitas
·         Ekonomis
·         Penilaian Acuan Patokan
     Penilaian berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi paedagogik. Asumsi paedagogik didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan pesertadidik kendalanya dapat dikurangi, maka pendidik harus memacu peserta yang pintar dan membantu yang lemah.
Penilaian acuan norma juga dikenal dengan penilaian acuan kelompok. Acuan ini digunakan apabila didasarkan atas asumsi psikologik, yakni pandangan yang menyadari bahwa tidak semua orang itu mempunyai kesamaan kemampuan, individu itu memiliki kemampuan yang beragam.

DAFTAR PUSTAKA
H. Mustakim, Drs., Psikologi Pendidikan, Pustaka Belajar, Yogykarta, 2012










0 komentar:

Posting Komentar