Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Selasa, 27 Mei 2014

METODE DISKUSI DALAM BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat ini pendidikan menjadi fenomena permasalahan yang sangat penting di Indonesia. Hal ini dilihat dari keadaan SDM di bangsa Indonesia yang kurang siap menghadapi millennium goals, era globalisasi, dan era informasi, menurut Pikiran Rakyat tahun 2006 menyatakan bahwa di tingkat dunia Indonesia termasuk Negara penghutang (debitor) nomor 6, Negara terkorup nomor 3, peringkat SDM ke 112 dari 127 negara, dengan penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 30% dan pengangguran terbuka mencapai 12 juta (Mulyasa, 2007:3). Sehingga berbagai upaya perbaikan ditempuh sebagai harapan bagi pembaruan paradigma pendidikan Indonesia yang lebih bermutu dan kompetitif sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.( Hidayati, 2009)
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan antara lain adalah menyempurnakan kurikulum, dan menggunakan model pembelajaran, serta bahan ajar yang tepat. Pembaruan dalam bidang kurikulum yang telah dilakukan pemerintah adalah penyempurnaan kurikulum 1994 yang cenderung berpusat pada siswa menjadi konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi, kemudian dilakukan perbaikan lagi terhadap KBK menjadi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan” (BSNP, 2006:5).
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukaif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang tela dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannyan secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran (Djamarah, 2002). Untuk itulah maka dalam makalah ini penulis akan membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.
Metode belajar diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama.

B.     PERMASALAHAN
Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan beberapa pokok permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1.   Apakah pengertian strategi pembelajaran ?
2.   Apa pengertian Bahan Ajar ?
3.   Bagaimana prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar ?
4.   Bagaimana menentukan langkah-langkah pembuatan bahan ajar ?
5.   Bagaimana menentukan cakupan urutan bahan ajar ?
6.   Bagaimana penerapan Strategi metode diskusi belajar dalam  penyampaian bahan ajar?

C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengkaji lebih dalam mengenai bahan ajar. Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik mampu melakukan pengembangan bahan ajar sesuai dengan spesifikasi mata pelajaran yang diasuhnya.
D.    MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah  ini adalah sebagai berikut :
1.   Bagi guru sebagai sumber informasi tentang efektivitas penggunaan strategi penyampaian bahan ajar.
2.   Bagi  sekolah  sebagai  bahan  masukan  dalam  upaya  untuk  meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didiknya.
3. bagi siswa sebagai langkah awal dalam memotivasi diri dalam belajar dengan penggunaan metode diskusi yang komplektivitasnya menjadi implementasi pridari diri.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN METODE DISKUSI
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam      pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
      Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain.
Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai  nara sumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
      Mc.Keachie dan Kulik (Gage dan Berliner, 1984: 487), menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung.
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
Hasil-hasil penelitian tentang penggunaan metode diskusi kelompok oleh Lorge, Fox, Davitz, dan Brenner (Davies, 1984:237--239) dapat disimpulkan dalam rangkuman berikut.
            a. Mengenai soal-soal yang berisiko, keputusan kelompok lebih radikal
            dari pada keputusan perorangan.
            b. Kalau ada pelbagi pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, maka
            pemecahan kelompok lebih tepat daripada pemecahan perorangan;
            tetapi tidak selalu demikian kalau soalnya biasa-biasa saja.
            c. Kalau bahan persoalan bukan materi baru, dan anggota-anggota
kelompok mempunyai keterampilan dalam memecahkan soal-soal sejenis, pemecahan kelompok lebih baik dari pemecahan oleh anggota masing-masing, tetapi kadang-kadang pemcahan anggota yang paling cerdas lebih baik lagi.
            d. Kebaikan utama diskusi kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan, melainkan penolakan terhadap pendekatan yang tidak masuk akal. (Konklusi ini tidak berlaku untuk "brain storming").
            e. Yang memperoleh keuntungan dari diskusi kelompok, ialah siswa-siswa
            yang lemah dalam pemecahan soal.
            f. Superioritas kelompok merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota
            kelompok. Sebuah kelompok dapat diharapkan memecahkan sebuah soal,
            kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat memecahkan soal itu secara
            individual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak waktu.
            g. Dalam hal waktu, metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau
            anggota-anggota saling percaya dan bekerjasama dengan baik, maka
            kelompok dapat bekerja lebih cepat daripada kerja perorangan.
            h. Kehadiran orang luar mempengaruhi prestasi anggota-anggota
            kelompok. Kalau kelompok itu bekerjasama secara harmonis, dan orang
            luar bergabung dengan kelompok, hal itu mempunyai pengaruh positif;
            kalau kerja sama itu tidak harmonis, maka kehadiran itu merusak,
            jika dia hanya bertindak sebagai pendengar saja.
            i. Dengan metode diskusi perubahan sikap dapat dicapai dengan lebih
            baik daripada kritik langsung untuk mengubah sikap yang diharapkan.
            Metode diskusi juga paling baik untuk memperkenalkan inovasi-inovasi
            atau perubahan.
            j. Kalau dipakai struktur pembahasan yang cocok dengan tugas, dan
            cukup waktu untuk meninjau persoalan dari segala segi, serta jika
            anggota-anggota tidak saling mengevaluasi, maka diskusi kelompok
terbukti lebih kreatif daripada belajar perorangan. (Kondisi-kondisi ini terdapat pada "brain storming").
Bertolak dari hasil-hasil penelitian tersebut di atas menyokong asumsi bahwa keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan modifikasi sikap, serta (3) pemecahan masalah (Gall dan Gall, dalam Depdikbud, 1983:28).
Pembentukkan dan modifikasi sikap merupakan tujuan diskusi yang berorientasi pada isu yang sedang berkembang. Diskusi yang bertujuan membentuk atau memodifikasi sikap ini, dimulai dengan guru mengajukan permasalahan atau sejumlah peristiwa yang menggambarkan isu yang ada dalam masyarakat (seperti: kolusi dalam suatu lembaga, pelecehan seksual, gerakan disiplin nasional, penggusuran, dan lain sebagainya). Guru atau pimpinan kelompok selanjutnya meminta pandangan dari anggota kelompok untuk menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah isu tersebut. Komentar-           komentar terhadap masalah atau jawaban masalah dapat diberikan anggota kelompok maupun pimpinan kelompok.
Selama diskusi berlangsung, pemimpin diskusi mencoba memperoleh penajaman dan klarifikasi yang lebih baik tentang isu tersebut dengan memperkenalkan contoh-contoh yang berbeda, dan menggerakkan para anggota diskusi mengajukan pernyataan-pernyataannya.

B.     PEMECAHAN MASALAH SEBAGAI TUJUAN DISKUSI
      Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier,dalam Depdikbud, 1983:29).
Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel.
      Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan. Menurut Maiyer (Depdikbud,1983:29) dalam diskusi kelompok 127 kecil, dapat meningkatkan siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk itu, bilamana guru menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu      memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara 3 - 7 anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok         diskusi yang jumlah anggotanya antara 3 - 7 itu saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1--2 orang.
Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh         kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal. Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam memecahkan masalah.
Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan proses diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan. Pemimpin diskusi bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak jelas. Jika diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas pemimpin diskusi adalah meredakan ketegangan. Tidak jarang pendapat-pendapat dalam diskusi menyimpang dari topik utama, karena itu pemimpin diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama diskusi. Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah yang didiskusikan adalah prasyarat agar setiap peserta mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil manakala peserta diskusi belum memiliki pengetahuan yang menjadi masalah yang didiskusikan. Dalam diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta, disajikan terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu            peserta diskusi.
      Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.

C.    BEBERAPA JENIS DISKUSI
a. Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion). Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru  berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. Dalam diskusi kelompok besar, pembicaraan sering didominasi oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang           menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4--5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.

c. Diskusi Panel, Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam artian panel memberikan pada kelompok besar keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan yang           dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka memiliki latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan dalam          diskusi tersebut. Forum panel secara fisik dapat dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung (melalui TV, radio, dan sebagainya).
d. Diskusi Kelompok. Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 3--6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan masalah tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem kepada kelas, ia menggambarkan aspek- aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi topik masalah yang sama atau berbeda-beda selanjutnya masing-masing kelompok bertugas untuk menemukan kesepakatan jawaban penyelesaiannya. Untuk memudahkan diskusi anak, guru dapat menyediakan reference atau sumber-sumber informasi yang relevan. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca   bahan, berdiskusi dan menysusun kesimpulan sindikat. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk didiskusikan secara klasikal.

e. Brain Storming Group. Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang ditemukannya dianggap benar.

f. Symposium. Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5--20 menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan ituselanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

g. Informal Debate. Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.

h. Colloqium. Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa/mahasiswa menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain/tambahan dari siswa mahasiswa lain.

i. Fish Bowl. Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkuk (fish bowl). Selama kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbang pikiran dapat masuk duduk            di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara.

D.    KEGUNAAN METODE DISKUSI
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak memberi kesempatan kepada siswa: untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat.
Disamping itu, metode diskusi dapat melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan            pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya.
Prinsip Umum Penggunaan Metode Diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode  diskusi, antara lain sebagai berikut:
a. Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-sama dengan siswa.
b. Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk didiskusikan.
c. Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
d. Memberitahukan tata tertib diskusi.
e. Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
f. Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.

E.     LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN DISKUSI KELOMPOK
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing.
Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu          dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan          pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana.
Moedjiono, dkk (1996) menyebutkan            langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:
a. Merumuskan masalah secara jelas
b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.

Budiardjo, dkk, 1994:20--23 membuat langkah penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini:
1. Tahap Persiapan
            a. Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c. Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
            d. Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi:
(1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah,
(2) menentukan alokasi waktu,
(3) menuliskan garis besar bahan diskusi,
(4) menentukan format susunan tempat,
(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.
            e. Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi:
(1) menggandakan bahan diskusi,
(2) menentukan dan mendisain tempat,
(3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Tahap pelaksanaan
            a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
            b. Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
            c. Menjelaskan prosedur diskusi.
            d. Mengatur kelompok-kelompok diskusi
            e. Melaksanakan diskusi.


3. Tahap penutup
            a. Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
            b. Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
            c. Memberikan umpan balik.
            d. Menyimpulkan hasil diskusi.

F.     PERANAN GURU SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.
Mainuddin, Hadisusanto dan Moedjiono, 1980:8--9, menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut ini:
a. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat masalah yang sedang didiskusikan.
            b. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi
            yang otoritarif tentang topik diskusi.
            c. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan
            pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
            d. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang
            dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
            sikap "nrimo" kelompok.
            e. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang;
            memperjelas pernyataan sesorang anggota.
            f. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi
            contoh atau penerapan.
            g. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata;
            menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran
            bicara.
h. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan serta buah pikiran anggota.
i. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan,
            kriteria untuk menilai urunan anggota.
            j. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam
            diskusi.
            k. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya
            tegangan.
            l. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
            diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
            m. Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok
            dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
            n. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
            seharusnya dicapai.
            o. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai
            dan menghindarkan perbedaan pandangan.
            p. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.


           





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
2.      Jenis-jenis Diskusi
·         Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion)
·         Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
·         Diskusi Panel
·         Diskusi Kelompok.
·         Brain Storming Group
·         Symposium
·         Informal Debate
·         Colloqium
·         Fish Bowl
3.      Langkah-langkah diskusi
·         Tahap Persiapan
·         Tahap Pelaksanaan
·         Tahap Penutup
B.     Saran
Semoga dengan tercapainya penyelesaian dari makalah ini akan menjadi bacaan dan salah sumber belajar tentang kontroveksi diri terhadap memperbaiki kualitas mengajar sebagai seorang guru nantinya, baik itu dalam pengembangan secara otodidak maupun setelah mendapatkan beberapa pengalaman dilapangan.
Sebagai penulis kami hanya memberikan sedikit informasi guna kemajuan terhadap SDM bangsa ini, teruslah membaca karena membaca adalah salah satu sumber pengetahuan dan amalkanlah ilmu yang telah kau dapat.
DAFTAR PUSTAKA

      Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
      Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
      Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
      Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second Edition).



0 komentar:

Posting Komentar