A.
TEORI B.F
SKINNER
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal
tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori
S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan
pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues
(pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive
stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu
stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan
penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan
yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya
perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti.
1. Kajian
Umum Teori B.F Skinner
Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah
Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm
122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
·
Belajar itu
adalah tingkah laku.
·
Perubahan
tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
·
Hubungan
yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut
fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara
seksama.
Data dari studi eksperimental
tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima
tentang penyebab terjadinya tingkah
2. Aplikasi
teori skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa
aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
·
Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
·
Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
·
Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
·
Materi
pelajaran digunakan sistem modul.
·
Tes lebih
ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
·
Dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
·
Dalam proses
pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
·
Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
·
Tingkah laku
yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
·
Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu)
·
Tingkah laku
yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
·
Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
·
Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
·
Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching machine.
·
Melaksanakan
mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
3. Kelebihan
Dan Kekurangan Teori Skinner
·
Kelebihan
Pada teori ini,
pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
·
Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G.
1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan
menjadi semakin berat.
B.
TEORI B.F CLARK
LEONARD HULL
Menurut Asri
Budiningsih (2002: 17) teori belajar yang dikembengkan Clark Leonard Hull
menggunakan hubungan antara stimulus dan respons sehingga dapat dimasukkan
kedalam kategori teori belajar behaviorisme. Perbedaan teori belajar
behaviorisme Clark Leonard Hull dengan teori belajar behaviorisme pada
tokoh-tokoh lain adalah terletak pada kentalnya pengaruh teori evolusi yang
dikembangkan oleh Charles Darwin pada teori belajar behaviorismenya.
Pada teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup,
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati
posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga dalam kenyataanya teori
tersebut tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, namun masih sering
dipergunakan dalam berbagai eksperimen di labolatorium (Asri Budiningsih, 2002:
19-20).
Baharuddin (2007: 83-84) menerangkan bahwa dalam teori
belajar behaviorisme Clark Leonard Hull stimulus (S) mempengaruhi organisma (O)
dan menghasilkan respons (R), respon yang dihasilkan tergantug karakteristik
dari stimulus (S) dan organisme (O). Dalam teori belajar behaviorisme Clark
Leonard Hull terdapat variable intervening taitu variabel yang dapat
mempengaruhi perilaku seperti dorongan, inisiatif, dan kebiasaan. Teori
tersebut disebut teori mengurai dorongan (drive reduction theory). Perbedaan
teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull dengan teori belajar behaviorisme
pada tokoh-tokoh lain adalah bahwa pemenuhan dorongan mempunyai peran yang
sangat penting dalam perilaku manusia. Konsep yang sangat penting dalam belajar
behaviorisme Clark Leonard Hull adalah Kebutuhan (Need), Dorongan (Drive) dan
Perkuatan (Reinforcement)
Dari semua teori-teori belajar behaviorisme, teori
Clark Leonard Hull terbukti merupakan salah satu teori yang paling provokatif
dengan riset-risetnya, khususnya dalam penyelidikan mengenai peranan penguatan
didalam penegakan reaksi-reaksi bersyarat atau reaksi terkondisikan. Clark
Leonard Hull juga diakui sebagai salah seorang ahli teori belajar behaviorisme
yang paling awal berusaha merumuskan teori belajar secara kuat. Prinsip utama
dalam teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull adalah bahwa suatu
kebutuhan harus ada pada seseorang, sebelum proses belajar itu terjadi dan apa
yang dipelajari itu harus diamati oleh orang lain yang lebih tahu, sebagai
seseorang yang dapat memuaskan kebutuhannya. Terdapat beberapa hal yang sangat
penting dalam proses belajar dari Clark Leonard Hull, yaitu adanya motivation
(motivasi intensif) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus
pendorongan).
C.
TEORI BELAJAR
DAN EKSPERIMEN IVAN PETROVICH PAVLOV
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang
behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons
dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah
bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi,
yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning
(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari,
dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan
dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar
air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks
yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima
atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Menurut teori conditioning Pavlov, belajar itu adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions)
yang kemudian menimbulkan reaksi (response).
Eksperimen Pavlov: Anjing, bila diberikan sebuah
makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).Jika
anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air
liur.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan
air liur (UCR) akibat pemberian makanan. Setelah perlakukan ini dilakukan
secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa
diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya
air liur dari mulutnya (CR).
Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan
guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
D.
TEORI BRUNER
Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli
terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah
metode Penemuan (discovery learning).Discovery learning dari Bruner merupakan
model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang
pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas.
Dalam Teori
Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa
digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang
dapat digunakan dengan metode penemuan.
Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak
jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang
paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan
presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih
melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep
dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari
harus ada kaitannya
Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu
pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan
taua kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang
bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif,
tahap ikonik, dan tahap simbolik.
E.
TEORI ROBERT
M. GAGNE
Pembelajaran
menurut Gagne adalah seperangkat proses yang bersifat internal
bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari
persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).
Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam
urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam
usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat
diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
1. Kemampuan
Belajar menurut Robert M. Gagne
Gagne mengkaji masalah belajar yang kompleks dan
menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari
mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit. Menurut Gagne ada lima
kategori kemampuan belajar, yaitu :
a. keterampilan intelektual atau
kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan
penggunaan lambang. Kemampuan ini meliputi:
·
asosiasi dan
mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)
·
diskriminasi
(membedakan suatu lambang dengan lambang lain)
·
konsep
(mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur)
·
kaidah
(mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara)
·
kaidah lebih
tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah)
b. strategi/siasat kognitif yaitu
keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar,
ingatan dan pikiran
c. informasi verbal, yaitu kemampuan
untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta
yang merupakan kumpulan pengetahuan
d. keterampilan motorik, yaitu
keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang
mulus, teratur, dan tepat waktu
e. sikap, yaitu keadaan dalam diri
peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai moderator atas pilihan untuk
bertindak). Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan
psikomotorik.
2. Tipe
Belajar
·
Belajar
sinyal(signal learning)
·
Belajar
stimulus respon(stimulus response learning)
·
Belajar
merangkai tingkah laku (behaviour chaining learning)
·
Belajar
asosiasi verbal( verbal chaining learning)
·
Belajar
diskriminasi(discrimination learning)
·
Belajar
konsep(concept learning)
·
Belajar
kaidah(rule learning)
·
Belajar
memecahkan masalah(problem solving)
DAFTAR PUSTAKA
B.F. Skinner
and radical behaviorism, http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
Margaret E.
Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Bell,
Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Simanjutak,
Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Dimyati dan
Mudjiono, Belajar dan Pebelajaran, Jakarta:Penerbit Kerjasama Pusat
Perbukuan Depdiknas dan PT Rineka Cipta, 2002
Ratna Wilis
Dahar, Teori-Teori Belajar, Bandung, IKIP Bandung, 1988
0 komentar:
Posting Komentar