Resume Buku Belajar dan Pembelajaran
I. PENDAHULUAN
Buku ini berjudul Model Desain
Sistem Pembelajaran, di karang oleh Benny A. Pribadi. Pertama diterbitkan di
Jakarta tahun 2009 oleh penerbit Dian Rakyat dan buku ini merupakan cetakan
ketiga yang diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2011. Pertama, buku ini
dapat digunakan oleh semua praktisi dan akademisi, baik itu mahasiswa, guru, dosen,
pelatih, instruktur, dan perancang program latihan yang mengambil bidang
teknologi pendidikan. Kedua, buku ini mengupas tentang berbagai model desain
sistem pembelajaran untuk diterapkan di pendidikan formal, sekolah, perguruan
tinggi, dan non formal seperti tempat kursus, diklat, pelatihan, serta
pendidikan luar sekolah. Ketebalan buku ini terdiri dari 256 halaman.
Isi buku ini terdiri dari 7 bab
yaitu 1) Pendahuluan, 2) Sistem Pembelajaran, 3) Desain Sistem Pembelajaran, 4)
Model Desain Sistem Pembelajaran, 5) Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran,
6) Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik, 7) Implementasi Desain Sistem
Pembelajaran. Buku ini di sertai dengan gambar, tabel dan setiap bab di beri
penjelasan dengan jelas agar pembaca dapat memahami isi bukunya.
Pembelajaran merupakan sebuah upaya
yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya
untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa
henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan
komponen-komponen yang berinterfungsi sam sama lain. Dalam sebuah sistem,
komponen yang sam akan menjacli masukan bagi komponen-komponen yang lain dalam
mencapai tujuan.
Upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir menggunakan sistem dikenal dengan
istilah pendekatan sistem atau sistem approach. Pendekatan sistem dapat
dimaknai sebagai prosedur yang digunakan oleh para perancang program
pembelajaran atau instructional designer untuk menciptakan sebuah
aktivitas pembelajaran. Langkah-langkah dalam pendekatan ini dilakukan secara
sistematis (tahap demi tahap) dan sistemik (menyeluruh) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Impelementasi pendekatan sistem dalam desain
sistem pembelajaran dilakukan pada semua tahap yang meliputi analisis, desain,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk menciptakan aktivitas
pembelajaran yang berkualitas, langkah awal yang perlu dilakukan adalah
menerapkan desain sistem pembelajaran. Desain sistem pembelajaran berisi
langkah-langkah yang diperlukan untuk menciptakan sebuah aktivitas
pembelajaran. Untuk dapat merancang sebuah sistem pembelajaran, kita perlu
mengenal model-model desain sistem pembelajaran. Sefiap model memiliki ciri
khas tersendiri yang relevan untuk digunakan dalam mendesain kegiatan
pembelajaran yang spesifik. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dikemukakan
oleh Marlene Fauser dkk. (2006) yang mengemukakan bahwa "... Instructional
designers cannot be effctive if they are familiar with only one model. The
designers must be able to fit the design to situation and familiarity with
various models will make that designer more successful." (p. 6).
Para perancang sistem pembelajaran
tidak akan berperan optimal jika hanya mengenal satu model desain. Perancang
desain sistem pembelajaran perlu mengenal beragam model agar dapat menciptakan
program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Setiap model pada
umumnya berisi deskripsi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain
program pembelajaran.
Buku ini akan mengupas tentang
model-model desain sistem pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
efektifitas program pembelajaran. Beberapa model desain sistem pembelajaran
yang dikemukakan dalam buku ini dapat digunakan untuk meningkatkan efekfivitas
program pembelajaran. Model-model desain pembelajaran tersebut, yaitu model
Desain Sistematik oleh Walter Dick dan Lou Carey; model ASSURE dikembangkan
oleh Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda;
model Cycle oleh Jerold E. Kemp; model ADDIE; dan model desain Front-endsistematic
design oleh A.W. Bates.
Setiap model desain sistem
pembelajaran mempunyai karakteristik spesifik yang meliputi keunggulan dan
keterbatasan untuk digunakan dalam situasi atau setting pembelajaran
tertentu. Pemahaman tentang model-model desain pembelajaran yang baik akan
membantu perancang program pembelajaran dalam menciptakan proses dan aktivitas
pembelajaran yang efektif. Hal ini akan memungkinkan pembelajar atau siswa
mampu menggapai kompetensi yang dibutuhkan.
Model-model desain sistem
pembelajaran yang dikemukakan di dalam buku ini disusun secara sistematik
dimulai dengan model yang sederhana sampai dengan model untuk sistem
pembelajaran pada skala yang lebih besar. Model merupakan sebuah representasi
pola berpikir untuk mewujudkan sesuatu. Pemilihan model desain sistem
pembelajaran perlu disesuaikan dengan sistem dan kegiatan pembelajaran yang
akan dikembangkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran tidak terlepas
dari kemungkinan untuk mengkombinasikan model yang sama dengan model yang lain.
Pembelajaran yang digunakan di dalam
buku ini tidak dibatasi pada pembelajaran formal yang berlangsung di kelas,
tetapi juga pada penyelenggaraan kursus dan program pelatihan. Semua bentuk
proses pembelajaran perlu didesain secara sistematik dan sistemik untuk
mencapai hasil yang optimal.
Tujuan penulisan buku ini untuk
memperkaya bahan pustaka di bidang teknologi pendidikan, khususnya yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Buku ini dapat digunakan
oleh berbagai kalangan, baik praktisi maupun akademisi di bidang pendidikan,
khususnya teknologi pendidikan serta mereka yang menekuni upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas program pembelajaran. Mereka adalah guru, dosen, pelatih,
instruktur, dan perancang program pendidikan dan pelatihan.
II.
RINGKASAN BUKU
A. BAB I
Isi dari bab I adalah “pendahuluan”
yang terdiri dari : belajar dan pembelajaran, kompetensi dan tujuan
pembelajaran, dan perspektif pembelajaran yang sukses. Bab ini membahas tentang
konsep belajar dan pembelajaran. Da;am pembahasannya terdapat
pandangan-pandangan para pakar pendidikan tentang belajar dan pembelajaran.
Selain itu, pembahasan tentang penggunaan konsep pembelajaran yang lebih sesuai
digunakan daripada konsep pengajaran, kompetensi atau tujuan pembelajaran
klasifikasi dan hierarki dari setiap ranah atau domain, dan juga dibahas
tentang kriteria dan perspektif pembelajaran yang sukses yang meliputi beberapa
indikator, yaitu efektivitas, efisiensi, dan daya tarik.
Pada sub bab “Belajar dan
Pembelajaran” diuraikan tentang pengertian belajar dan pembelajaran menurut
pandangan dari para ahli. Menurut Robert M. Gagne, penulis buku klasik Principles
of Instructional Design, dapat diartikan sebagai "A natural
process that leads to changes in what we know, what we can do, and how we
behave." Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang dapat
membawa pembahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang. Sedangkan
menurut Robert Heinich dkk. (2005), belajar diartikan sebagai "...development
of new knowledge, skills, or attitudes as individual interact with learning
resources." Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi
secara intensif dengan sumber-sumber belajar.
Menurut The dssoeiation of
Educational and Communication Technology (AECT), sumber belajar dapat
diklasifi-kasikan menjadi:
1. Orang (pakar,
penulis, dan lain lain),
2. Isi pesan (informasi
yang tersaji dalam buku atau makalah),
3. Bahan dan
perangkat lunak (software),
4. Peralatan (hardware),
5. Metode dan
teknik (prosedur yang clilakukan untuk mencapai sesuatu), dan
6. Lingkungan (tempat
berlangsungnya peristiwa belajar).
Belajar merupakan suatu proses aktif
dan fungsi dari total situasi yang mengelilingi siswa. Individu yang melakukan
proses belajar akan menempuh suatu pengalaman belajar dan berusaha untuk
mencari makna dari pengalaman tersebut.
Dari sudut pandang pendidikan,
belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada
diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Setelah melakukan proses
belajar, biasanya seseorang akan menjadi lebih respek dan memiliki pemahaman
yang lebih balk (sensitive) terhadap objek, makna, dan peristiwa yang
dialami. Melalui belajar, seseorang akan menjadi lebih responsif dalam
melakukan tindakan (Snelbecker, 1974).
Melengkapi pandangan tentang belajar
seperti yang dikemukakan di atas, Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan (1993)
mengemukakan pengertian belajar sebagai "...perubahan yang relatif
permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh
pengalaman." Pengalaman yang sengaja didesain untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan berlangsungnya
proses belajar.
Pembelajaran
Gagne mendefinisikan istilah
pembelajaran sebagai " a set of events embedded in purposeful
activities that facilitate learning". Pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar.
Definisi lain tentang pembelajaran
dikemukakan oleh Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan (1993) yang
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi
dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang
spesifik.
Yusuf Hadi Miarso (2005, p.144)
memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus
pada kondisi dan kepentingan pembelajar (learner centereaO. lstilah
pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah "pengajaran yang lebih
bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru (te- acher centered). Oleh
karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran.
Pada sub bab “Kompetensi dan Tujuan
Pembelajaran” menguraikan tentang kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang
didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi atau
tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses
pembelajaran. Richey (2001) mengemukakan definisi kompetensi sebagai berikut:
“Pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.”
Kompetensi, dalam hal ini dapat
dipandang sebagai hasil dari sebuah proses belajar. Gagne (2005) dalam buku
klasik The Conditions of Learning mengemukakan taksonomi yang
juga merupakan hasil atau kompetensi dalam belajar. Taksonomi tersebut terdiri
dari lima aspek, yaitu informasi verbal, keterampilan motorik, sikap,
keterampilan intelektual, dan strategi kognitif.
Tujuan pembelajaran yang
menggambarkan kompetensi umum dan kompetensi khusus, akan membantu guru atau
instruktur dalam mengarahkan proses belajar siswa. Dengan mengetahui tujuan
pembelajaran, siswa akan termotivasi dalam melakukan proses belajar dalam upaya
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dalam sub bab “Perspektif
Pembelajaran yang Sukses”, menjelaskan bahwa Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang diharapkan. Sedangkan makna dari pembelajaran yang efisien
adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung menggunakan waktu dan sumber
daya yang relatif sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi peristiwa yang
menarik agar mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Heinich dan kawan-kawan (2005)
mengemukakan pandangan lain tentang kriteria atau perspekfif pembelajaran yang
berhasil atau sukses, diantaranya adalah:
1. Peran aktif siswa (active
participation)
Proses belajar akan berlangsung
efektif jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan
berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa
dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses
belajar dalam diri seseorang.
2. Latihan (practice)
Latihan yang dilakukan dalam
berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan
juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan
akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajari.
3. Perbedaan individual (individual
differences)
Setiap individu memiliki
karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu
memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas
guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu
seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
4. Umpan balik (feedback)
Umpan balik sangat diperlukan oleh
siswa untuk mengetahui kemampuan dalam memelajari materi pelajaran dengan
benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil
belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh
program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil
belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.
5. Konteks nyata (realistic
context)
Siswa perlu memelajari materi
pelajaran yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam
sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
6. lnteraksi sosial (socialinteraction)
Interaksi sosial sangat diperlukan
oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang
berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa akan memungkinkan siswa untuk
melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang
dipelajari.
B. BAB II
Bab
II ini berisi tentang pandangan-pandangan tentang pembelajaran sebagai sebuah
sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait dan bersinergi untuk
mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi secara optimal. Dalam bab ini,
juga dikemukakan deskripsi tentang teori sistem, karakteristik sistem, serta
pembelajaran dan komponen-komponennya.
Pada
sub bab “Teori Sistem”, menguraikan tentang suatu sistem yang dimaknai sebagai
suatu entity atau keseluruhan yang memiliki komponen-komponen saling
berinterfungsi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Komponen-komponen yang terdapat dalam sebuah sistem saling bersinergi untuk
mencapai sebuah tujuan.
Banathy (1987) mengemukakan empat karakteristik penting yang
dapat mencerminkan eksistensi sebuah sistem.
1. Interdependent
mempunyai makna bahwa setiap komponen yang terdapat dalam sebuah
sistem memiliki ketergantungan untuk mencapai tujuan dan kinerja secara
keseluruhan. Hasil atau output dari sebuah komponen yang terdapat dalam sebuah
sistem akan menjadi input atau masukan bagi komponen-komponen sistem yang lain.
2. Synergistic
berarti kinerja dari keseluruhan komponen yang terdapat dalam sebuah sistem
akan berperan lebih optimal jika dibandingkan dengan kinerja setiap komponen
yang bekerja secara masing-masing. Untuk mendapatkan kinerja optimal dari
sebuah sistem maka kinerja semua komponen yang terdapat di dalamnya harus
dilakukan secara maksimal.
3. Dynamic berarti
sebuah sistem memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan adanya
perubahan-pembahan yang terjadi di lingkungannya. Sebuah sistem menerima
masukan atau input, melakukan proses, dan menghasilkan produk atau output bagi
lingkungannya. Sebuah sistem senantiasa berubah secara dinamis mengikuti
perubahan yang terjadi di lingkungannya.
4. Cybernetic
mempunyai makna bahwa setiap elemen yang terdapat dalam sebuah sistem akan
berkomunikasi secara efisien. Komunikasi ini mengarah pada upaya untuk
pencapaian tujuan. Setiap komponen dalam sebuah sistem akan memberikan
informasi kepada komponen- komponen sistem yang lain.
Hal
penting lain yang perlu mendapat perhatian dalam memahami konsep sistem
adalah mekanisme umpan balik atau feedback. Melalui umpan balik, kita
dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada setiap komponen
selama melakukan proses untuk menghasilkan output. Dengan cara ini kita
dapat melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut.
Dalam
sub bab “Pendekatan Sistem”, Melalui pendekatan sistem, kita dapat memahami
proses pembelajaran sebagai suam hal yang perlu dirancang secara sistematik dan
sistemik. Istilah pendekatan sistem sendiri dapat diartikan sebagai sebuah
proses yang logis dan berulang yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu program pembelajaran. (Dick & Carey, 2005, p. 367).
Cara
sistemik adalah cara pandang yang menganggap sebuah sistem sebagai suatu
kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Istilah
sistematik merujuk kepada suatu upaya untuk melakukan tindakan secara terarah
dan langkah demi langkah untuk mencapai suatu tujuan yang telah digariskan.
Dick
dkk. (2005) mengemukakan dua keuntungan yang akan diperoleh perancang dalam
mendesain sebuah aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Pertama,
melalui pendekatan sistem, perancang akan berfokus atau memusatkan
perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap langkah yang
dilakukan dalam sebuah sistem akan diarahkan pada upaya untuk mencapai tujuan.
Kedua,
dengan menerapkan pendekatan sistem,
perancang sistem pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antarsub-sistem
atau komponen dalam sebuah sistem. Melalui mekanisme umpan balik, perancang
desain sistem pembelajaran dapat melakukan revisi yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja.
Pada
subbab “Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem”, pembelajaran merupakan sebuah
sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu
sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert
Heinich dkk. (2005) membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa
tipe, yaitu:
1. pembelajaran di kelas,
(tatap muka),
2. pembelajaran dengan menggunakan
siaran radio dan televisi,
3. Pembelajaran mandiri dengan
menggunakan paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh,
4. pembelajaran berbasis web,
5. aktivitas belajar di
laboratorium dan workshop,
6. seminar, simposium dan
studi lapangan (field study), dan
7. pembelajaran dengan
memanfaatkan computer (multimedia) dan telekonferensi.
Komponen-komponen dari sebuah sistem
pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan, metode, media,
strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.
Dick dan Carey (2005) mengemukakan
beberapa karakteristik siswa yang lebih spesifik, yang perlu dipertimbangkan
dalam mendesain sebuah sistem pembelajaran, yakni:
a. pengetahuan
awal (entry behaviors),
b. pengetahuan tentang
isi/materi pelajaran,
c. sikap terhadap
isi/materi pelajaran,
d. motivasi akademis,
e. tingkat
pendidikan dan kemampuan,
f. preferensi atau
kesukaan terhadap cara belajar tertentu, dan
g. sikap terhadap
institusi pendidikan dan pelatihan
C. BAB III
Bab ini berisi tentang “Desain
Sistem Pembelajaran” yang membahas tentang makna desain sistem pembelajaran.
Paparan makna desain sistem pembelajaran ini mengemukakan pandangan para ahli
tentang konsep desain sistem pembelajaran serta hubungan antara bidang teknologi
pendidikan dengan desain sistem pembelajaran. Selain itu, dalam bab ini juga
membahas tentang rasional dan beberapa asumsi yang mendasari digunakannya
desain sistem pembelajaran, kompetensi yang perlu dimiliki oleh perancang
desain sistem pembelajaran, dan teori-teori yang mendasari aplikasi desain
sistem pembelajaran.
Pada sub bab “Definisi Desain Sistem
Pembelajaran”, dijelaskan bahwa Istilah desain bermakna adanya keseluruhan,
struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan
(Gagnon clan CoUay, 2001). Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai
proses perencanaan yang sistematik yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan
atau pelaksanaan sebuah kegiatan. (Smith dan Ragan, 1993, p). Upaya untuk
mendesain proses pembelajaran agar menjadi sebuah kegiatan yang efektif,
efisien, dan menarik disebut dengan istilah sistem pembelajaran atau instructionalsistem
design (lSD).
Briggs dalam Ritchey (1986, p. 9)
mendefinisikan desain sistem pembelajaran sebagai suatu keseluruhan proses yang
dilakukan untuk menganalisa kebutuhan dan tujuan pembelajaran serta
perkembangan sistem penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai tujuan
tersebut.
Hasil dari proses desain sistem
pembelajaran berupa cetak biru yang berisi rancangan sistematik dan menyeluruh
dari sebuah aktivitas atau proses pembelajaran. Rancangan atau desain tersebut
dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah pembelajaran.
Pada sub bab “Desain Sistem
Pembelajaran: Suatu Bidang” menjelaskan tentang sejarah awal pemanfaatan bidang
desain sistem pembelajaran yang dimulai pertama kali pada saat perang dunia
kedua oleh Amerika Serikat. Bidang ini digunakan untuk keperluan pelatihan
militer atau military training. Model desain sistem pembelajaran yang
digunakan di Michigan State University, antara tahun 1961 dan
1965, dianggap sebagai model yang pertama. Buku klasik dan fenomenal karya Dick
and Carey yang berjudul The Sistematic Design of Instruction perdana
terbit pada tahun 1985.
Sejak tahun 1980, bidang desain
sistem pembelajaran telah digunakan secara luas di berbagai institusi, baik
pemerintah maupun swasta. Desain sistem pembelajaran terus tumbuh sebagai suatu
bidang yang dapat dimanfaatkan untuk merancang program pembelajaran dan
pelatihan. Desain sistem pembelajaran diharapkan mampu menghasilkan sumber daya
manusia terampil dan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan hasil
belajar dan performa yang optimal.
Desain sistem pembelajaran berisi
lima langkah penting, yaitu:
1.
Analisis lingkungan dan kebutuhan belajar siswa,
2.
Merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai
dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa,
3.
Mengembangkan bahan-bahan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
4.
Implementasi desain sistem pembelajaran, dan
5.
Implementasi evaluasi formatif dan sumatif terhadap program pembelajaran.
Menurut
International Board of Standard for Training, Performance, and lnstruction atau
IBSTPI ada empat domain kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang perancang
program pembelajaran atau instructional designer, yaitu:
1. Fondasi
profesional (professional foundation)
Fondasi profesional yang perlu
dimiliki oleh seorang perancang sistem pembelajaran meliputi kemampuan
dalam beberapa hal sebagai berikut.
a. Berkomunikasi secara
efektif dengan menggunakan sarana visual, verbal, dan tulisan.
b. Menerapkan hasil studi dan teori
mutakhir dalam mempraktekkan desain sistem pembelajaran.
c. Memperbarui (up date) dan
memperbaiki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki tentang desain
sistem pembelajaran.
d. Mengaplikasikan
keterampilan riset yang fundamental dalam melaksanakan proyek dan pekerjaan
yang terkait dengan bidang desain sistem pembelajaran.
e. Mengidentifikasi implikasi
legal dan etis dari perancangan program pembelajaran dalam suatu lingkungan
kerja.
2. Kemampuan
perencanaan dan analisis (planning and analysis)
Kompetensi dalam melakukan langkah
perencanaan dan analisis meliputi beberapa kemampuan dalam hal sebagai berikut:
a. Melaksanakan analisis
kebutuhan (need assessment).
b. Merancang kurikulum atau
program.
c. Memilih dan
menggunakan berbagai teknik untuk menetapkan materi pembelajaran atau
pelatihan.
d. Mengidentifikasi dan membuat
deskripsi tentang karakterisfik target populasi atau audience.
e. Menganalisis lingkungan tempat
berlangsungnya program pembelajaran atau pelatihan.
f. Menganalisis karakteristik
lingkungan.
g. Menganalisis karakteristik
teknologi yang tersedia dan teknologi yang tengah berkembang serta
pemanfaatannya dalam lingkungan pembelajaran.
h. Menganalisis unsur-unsur
situasional sebelum membuat rancangan solusi dan strategi yang bersifat final.
3. Kemampuan
perancangan dan pengembangan (design and development)
Kompetensi dalam melakukan
perancangan dan pengembangan program pembelajaran meliputi kemampuan dalam hal
ini sebagai berikut.
a. Memilih, memodifikasi,
menciptakan desain, dan mengembangkan model yang tepat untuk pelaksanaan
pekerjaan yang terkait dengan desain dan pengembangan sistem pembelajaran.
b. Memilih dan
menggunakan berbagai teknik untuk membuat definisi, sistematika, materi, dan
strategi pembelajaran.
c. Memilih dan
memodifikasi materi pembelajaran yang telah ada.
d. Mengembangkan materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Mendesain program
pembelajaran yang mencerminkan adanya keragaman karakteristik siswa dan
kelompok siswa.
f. Mengevaluasi dan
menilai program pembelajaran serta dampaknya terhadap pencapaian kompetensi
siswa.
4. Kemampuan implementasi dan
manajemen (implementation and management)
Kompetensi dalam melaksanakan dan
mengelola program pembelajaran meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut:
a.
Merencanakan dan mengelola pekerjaan desain sistem pembelajaran.
b.
Meningkatkan kolaborasi, kemitraan, dan hubungan dengan orang atau personel
yang terlibat dalam pekerjaan desain sistem pembelajaran.
c.
Menerapkan keterampilan bisnis dalam mengelola pekerjaan desain sistem
pembelajaran.
d.
Mendesain sistem pengelolaan program pembelajaran atau pelatihan
e.
Mengimplementasikan program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Para perancang dan pengelola program
pembelajaran perlu memiliki kemampuan dalam hal menganalisis, mendesain,
mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi program pembelajaran yang efektif,
efisien, dan menarik.
Dalam sub bab “Desain Sistem
Pembelajaran dan Teknologi Pendidikan”, diuraikan bahwa Teknologi pendidikan
merupakan sebuah bidang yang berfokus pada upaya-upaya yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar dalam diri individu. Hal ini
sesuai dengan definisi teknologi pendidikan terbaru yang dikemttkakan oleh The
Association of Educational Communication and Technology ~The AECT~, yaitu:
“Educational Technology is the study
and ethical practice of facilitating learning and improving performance by
creating, using, and managing appropriate technological processes and
resources.”
Definisi dan konsep teknologi
pendidikan selalu bersifat tentatif senantiasa berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Definisi teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh The AECT ini
berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya dalam beberapa hal sebagai berikut.
·
Pertama, digunakannya istilah studi daripada penelitian atau riset,
istilah studi membawa implikasi yang lebih luas, yaitu adanya proses reflektif
di dalamnya.
·
Kedua, definisi ini memuat komitmen terhadap praktek etis.
Penyelenggaraan program teknologi pendidikan harus memenuhi standar yang telah
ditentukan.
·
Ketiga, objek teknologi pendidikan adalah memfasilitasi berlangsungnya
proses belajar individu maupun organisasi, bukan mengontrol proses belajar.
·
Keempat, belajar merupakan inti dari definisi teknologi pendidikan.
Peningkatan kemampuan belajar merupakan keunikan dan kekhasan bidang teknologi
pendidikan.
·
Kelima, definisi ini mengandung konsep perbaikan kinerja yang secara
impilisit bermakna adanya kriteria kualitas yang harus dipenuhi. Belajar tidak
hanya menyerap pengetahuan, tapi merupakan proses aktif mencari,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
·
Keenam, definisi teknologi pendidikan yang dikeharkan pada tahun 2004
ini mencakup fungsi-fungsi penfing, yaitu penciptaan, penggunaan, dan
pengelolaan. Fungsi-fungsi ini sangat penting dalam aktivitas desain dan
pengembangan bahan dan program pembelajaran yang merupakan aktivitas inti dalam
bidang teknologi pendidikan.
·
Ketujuh, definisi ini mencantumkan secara eksplisit bahwa teknologi
--alat dan metode-- pembelajaran yang digunakan harus tepat guna atau appropriate
dengan individu dan situasi pembelajaran yang akan dilalui. Istilah
perbaikan dan tepat guna merupakan konsep penting dalam implementasi teknologi
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirangkum
bahwa desain sistem pembelajaran sebagai salah satu bidang garapan teknologi
pendidikan dapat digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses
pembelajaran dalam diri individu sekaligus memperbaiki kinerja. Hal ini sesuai
dengan definisi dan konsep teknologi pendidikan yang dikemukakan oleh The
AECT yang senantiasa berevolusi.
Dalam sub bab “Rasionalisasi dan
Asumsi dalam Desain Sistem Pembelajaran”, diuraikan tentang sejumlah asumsi
yang dapat dijadikan sebagai dasar digunakannya desain sistem pembelajaran.
Menurut Gagne (2001), asumsi-asumsi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Desain sistem pembelajaran
dilakukan agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan optimal.
2. Aplikasi desain sistem
pembelajaran akan membantu siswa mencapai kompetensi atau
tujuan pembelajaran.
3. Belajar merupakan sebuah proses
kompleks yang melibatkan beberapa variabel. Dalam hal ini, John Carroll
mengemukakan lima variabel penting yang dapat memengaruhi efektivitas proses
belajar, yaitu:
·
keuletan siswa (learner’s perseverance), waktu yang tersedia (time
allowed),
·
kualitas pembelajaran (quality of instruction),
·
kecerdasan (aptitude), dan
·
kemampuan siswa untuk belajar (learner’s ability).
4. Model-model desain sistem
pembelajaran dapat diterapkan dalam berbagai jenjang dan satuan pendidikan.
Desain sistem pembelajaran dapat diaplikasikan pada level kegiatan pembelajaran
harian (micro), kegiatan perancangan mata kuliah (messo), atau
perancangan dan pcngembangan sistem pendidikan (macro).
5. Desain sistem pembelajaran
merupakan sebuah proses yang berulang. Proses desain sistem pembelajaran
berlangsung secara berkesinambungan dalam menerapkan komponen-komponen dasar
yang meliputi analysis, design, development, implementation, dan evaluation.
6. Desain sistem pembelajaran
merupakan kegiatan berisi sejumlah subproses yang telah diketahui dan saling
terkait. Setiap jenis hasil belajar memerlukan kondisi belajar yang juga
berbeda. Misalnya, belajar memecahkan masalah (problem solving) tidak
akan dapat berlangsung efektif tanpa melibatkan siswa dengan masalah yang sedang
dihadapi. Setiap bantuan belajar yang diberikan kepada siswa (learning
support) memerlukan adanya desain atau rancangan yang spesifik.
Dalam sub bab “Dasar-dasar Desain
Sistem Pembelajaran”, diuraikan tentang teori-teori pokok yang mendasari bidang
desain sistem pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Teori
sistem/sistem theory
Teori
sistem telah lama dimanfaatkan dan mampu memberikan kontribusi khusus terhadap
pengembangan prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan
desain sistem pembelajaran. Selain itu, teori sistem juga memberikan perspektif
yang komprehensif bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem dengan
komponen-komponen yang memiliki keterkaitan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Output dari sebuah komponen merupakan input bagi
komponen-komponen yang lain.
2. Teori
komunikasi/ communication theory
Teori
komunikasi telah memberikan sumbangan yang berharga mengenai prinsip-prinsip
yang dapat digunakan untuk merancang pesan (messages), baik verbal
maupun visual. Teori komunikasi menyediakan model-model komunikasi yang dapat
diadaptasi untuk mendeskripsikan berlangsungnya sebuah proses pembelajaran.
Model komunikasi yang sering diadaptasi untuk menjelaskan tentang bagaimana
interaksi --pertukaran pesan dan informasi-- antarindividu adalah model
komunikasi Wilbur Schramm
3.
Teori belajar/ learning theory
Teori
belajar berisi serangkaian prinsip terorganisasi yang menjelaskan tentang
bagaimana individu belajar serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baru.
Teori belajar perlu dipahami agar perancang atau desainer program pembelajaran
dapat merancang proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.
Teori-teori belajar yang bersifat penjelasan atau deskriptif, dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan atau referensi untuk memahami proses belajar lebih baik.
Pemahaman yang baik tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar
untuk menciptakan kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan.
Secara
umum, ada tiga teori belajar yang telah dikenal secara luas, yaitu teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistik.
Ketiga teori ini memiliki fokus dan pandangan yang berbeda tentang belajar.
Ketiga teori tersebut sangat dominan untuk digunakan dalam memelajari proses belajar
yang terjadi dalam diri seseorang.
a.
Teori Belajar Behavioristik
b.
Teori Belajar Kognitif
c.
Teori Belajar Humanistik
D. BAB IV
Bab
IV berisi tentang “Model Desain Sistem Pembelajaran”, yang membahas tentang
pengertian, kegunaan, dan klasifikasi model desain sistem pembelajaran. Selain
itu, dikemukakan juga tentang perkembangan dan evolusi model desain sistem
pembelajaran dengan karakteristik yang spesifik pada masing-masing tahap
perkembangan. Dan membahas tentang klasifikasi model-model desain sistem
pembelajaran, yaitu classroom oriented, product oriented, dan sistem
oriented.
Benny A. Pribadi (2012), menjelaskan
tentang konsep desain sistem pembelajaran dikemukakan dalam bentuk model.
Sebuah model menggambarkan sebuah prosedur atau kesatuan konsep dengan
komponen-komponen yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Model desain sistem
pembelajaran merupakan sarana konseptual untuk menganalisis, merancang,
memproduksi, menerapkan, dan mengevaluasi setiap aktivitas atau program
pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran biasanya digunakan dalam bentuk flowchart,
atau grafis yang pelaksanaannya perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik.
Seorang desainer program
pembelajaran perlu memiliki pemahaman yang baik tentang model-model desain
sistem pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat mengimplementasikan
model-model tersebut untuk menciptakan program pembelajaran yang memiliki
efektivitas, efisiensi, dan daya tarik.
E. BAB V
Isi
bab V yaitu tentang “Analisis Model Desain Sistem Pembelajaran”, yang
menguraikan secara rinci tentang model-model desain sistem pembelajaran yang
meliputi beberapa model penting, yaitu : model desain sistematik Walter
Dick dan Lou Carey; model ASSURE dikembangkan oleh Sharon E. Smaldino, James D.
Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda; model Cycle dari Jerold E.
Kemp; model ADDIE; dan model desain Front-end sistematic design oleh
A.W. Bates.
Beragam
model desain sistem pembelajaran telah diciptakan oleh sejumlah pakar dan
akademisi pendidikan dan pembelajaran. Model-model tersebut telah dikembangkan
dan diuji coba secara empiris dalam situasi pembelajaran atau setting yang
pesifik. Seorang perancang program pembelajaran atau instructional designer
perlu melakukan kajian tentang model-model desain sistem pembelajaran agar
dapat menentukan, menerapkan, dan memodifikasi model yang sesuai untuk
digunakan dalam menciptakan aktivitas pembelajaran.
Model-model
desain sistem pembelajaran yang dikemukakan dalam buku ini pada dasarnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan dan output yang dihasilkan,
yaitu model yang berorientasi terhadap pembelajaran di dalam kelas, model yang
berorientasi pada produk, dan model yang berorientasi pada sistem. Setiap model
desain sistem pembelajaran memiliki keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan
dalam setting yang spesifik.
F. BAB VI
Isi dari bab ini adalah tentang
“Desain Sistem Pembelajaran Konstruktivistik”. Bab ini membahas tentang
pendekatan atau alirran konstruktivistik dalam desain sistem pembelajaran yang
meliputi pergeseran paradigma dari pendekatan behaviouristik menjadi pendekatan
konstruktivistik. Dalam bab ini juga dibahas tentang makna pendekatan
konstruktivistik, komponen-komponen yang penting dalam pendekatan
konstruktivistik, dan contoh desain sistem pembelajaran yang menggunakan
pendekatan konstruktivistik.
Seiring dengan terjadinya perubahan
paradigma dalam pembelajaran, desain sistem pembelajaran sebagai sebuah bidang
juga mengalami perubahan orientasi. Aktivitas pembelajaran, yang pada masa
sebelumnya diwarnai oleh pendekatan behavioristik, kini mulai menggunakan
pendekatan lain yaitu pendekatan konstruktivistik.
Pendekatan konstruktivistik memiliki
perbedaan yang signifikan dengan pendekatan behavioristik, yang lebih
menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil dari
aktivitas dan proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivistik yang berakar
pada teori belajar kognitif dan humanistik lebih menekankan pada potensi individu
sebagai pembangun atau konstruktor ilmu pengetahuan.
Guru yang menggunakan pendekatan
konstruktivistik lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang menyediakan
pengalaman belajar dan memudahkan berlangsungnya proses belajar dalam diri
siswa. Siswa dapat membangun pcngetahuan dan keterampilan yang diperlukan
melalui pengalaman belajar yang bermakna dan interaksi sosial secara intensif
dengan sejawat atau kolega. Komponen-komponen desain sistem pembelajaran yang
menerapkan pendekatan teori belajar konstruktivistik perlu memperhatikan
faktor-faktor situasi, pengelompokkan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi, dan
refleksi.
G. BAB VII
Pada
bab ini diuraikan tentang “Implementasi Desain Sistem pembelajaran”.
Implementasi model-model desain sistem pembelajaran dalam sistem pendidikan
formal dan formal. secara khusus, bab ini juga memperlihatkan bahwa
implementasi desain sistem pembelajaran sebagai suatu prosedur yang sistematik
dan sistemikdapat diaplikasikan dalam sistem sekolah, perguruan tinggi, program
pendidikan dan pelatihan, kursus, dan pendidikan luar sekolah. model desain
sistem pembelajaran yang sesuai akan memberi respon positif terhadap
efektivitas program pembelajaran.
Desain
sistem pembelajaran, yang bertujuan untuk menciptakan aktivitas dan program
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik, dapat digunakan pada semua
jenjang dan satuan pendidikan. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki
ciri khas tersendiri untuk dapat digunakan sesuai dengan karakteristik sistem
pendidikan tempat model tersebut diimplementasikan. Sistem pendidikan dalam
konteks ini dapat dikategorikan dalam 6 macam, yaitu:
1.
Pembelajaran tatap muka,
2.
Pembelajaran dengan menggunakan media,
3.
Pembelajaran mandiri,
4.
Pembelajaran berbasis web,
5.
Workshop dan pembelajaran di laboratorium, serta
6.
Seminar dan studi lapangan atau field study.
III.
PENUTUP
Desain sistem pembelajaran merupakan
salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menciptakan sistem pembelajaran
yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
pembelajaran yang efektif adalah aktivitas dan proses pembelajaran.
Desain sistcm pembelajaran pada
dasarnya merupakan suatu proses yang sistematik dan sistemik. Proses untuk
mendesain sebuah sistem pembelajaran dilakukan tahap demi tahap dan menyeluruh.
Pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen
yang saling terkait di dalamnya. Cara memandang pembelajaran sebagai sebuah
sistem dikenal dengan istilah pendekatan sistem.
Pendekatan sistem memandang
pembelajaran sebagai suatu keseluruhan, memiliki bagian-bagian yang saling
memengaruhi untuk mengoptimalkan penguasaan kompetensi atau kemampuan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Heinich dkk. (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses yang berisi serangkaian komponen saling terkait satu sama lain
dan bekerja sama secara efektif dan reliabel untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Lebih lanjut Heinich dkk. (2005)
mengkategorikan sistem pembelajaran dalam beberapa tipe sebagai berikut.
- Pembelajaran di kelas (tatap muka).
- Pembelajaran menggunakan siaran radio dan televisi.
- Pembelajaran mandiri dengan menggunakan bahan ajar.
- Pembelajaran berbasis web.
- Aktivitas belajar di laboratorium dan workshop.
- Seminar dan studi lapangan (field study).
- Pembelajaran dengan memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.
Istilah pembelajaran yang digunakan
dalam buku ini tidak dibatasi pada sistem pendidikan formal seperti yang
belrlangsung di kelas, tetapi juga sistem pendidikan non-formal seperti pada
pcnyelenggaraan kursus serta program pendidikan dan pelatihan. Semua bentuk
proses pembelajaran perlu didesain secara sistematik dan sistemik untuk
mencapai hasil yang optimal.
Desain sistem pembelajaran
dikemukakan dalam bentuk model yang dapat memudahkan para pengguna untuk
menerapkannya secara sistemik dan sistematik. Ada beberapa model desain sistem
pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli sistem pembelajaran. Setiap model
desain sistem pembelajaran mempunyai karakteristik dan kekuatan yang spesifik
dan penggunaannya perlu didasarkan pada kebutuhan. Gustafson dan Branch (2002)
mengemukakan klasifikasi model desain sistem pembelajaran dalam tiga kategori,
yaitu:
1. model desain sistem
pembelajaran untuk digunakan di kelas (classroom oriented),
2. model desain sistem pembelajaran
untuk memproduksi program pembelajaran (product oriented), dan
3. model desain sistem pembelajaran
yang berorientasi pada sistem pembelajaran (sistem oriented).
Aktivitas desain sistem pembelajaran
dapat dilakukan baik pada tingkat perorangan, seperti guru dan instruktur,
maupun tingkat kerja tim (teamwork) yang sengaja ditugaskan untuk
menciptakan sebuah sistem pembelajaran dalam skala lebih besar. Dengan kata
lain, aktivitas desain sistem pembelajaran dapat diaplikasikan untuk keperluan
mendesain aktivitas pembelajaran yang bersifat mikro, messo, dan makro.
Model-model desain sistem
pembelajaran kerap memperlihatkan beberapa perbedaan baik dalam hal
langkah-langkah yang terdapat di dalamnya maupun istilah-istilah atau kosa kata
yang digunakan. Namun demikian, pada dasarnya semua model desain sistem
pembelajaran memiliki beberapa kesamaan dalam hal komponen-kornponen yang
terdapat di dalamnya, seperti analisis, desain, pengembangan, irnplementasi,
dan evaluasi.
Dalam prakrek di lapangan, paradigma
desain sistem pembelajaran yang selama ini didominasi oleh teori belajar
behavioristik telah mengalami pergeseran ke arah pendekatan pembelajaran yang
bersifat konstruktivistik. Pendekatan ini lebih memandang siswa sebagai
pembangun ilmu pengetahuan (knowledge builder) daripada penerima ilmu
pengetahuan yang bersifat pasif.
Pendekatan konstruktivistik
mendorong individu, melalui pengalaman belajar yang ditempuh, untuk berupaya
menemukan dan menafsirkan pengetahuan menjadi hasil belajar yang bermakna bagi
dirinya. Dalam konteks pendekatan pembelajaran konstruktivistik, guru atau
instruktur perlu menjalankan tugasnya sebagai fasilitator yang dapat membantu
membangun ilmu pengetahuan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa.
REFERENSI
Pribadi.
Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
0 komentar:
Posting Komentar