Tugas
Individu
MK.
Psikologi Pembelajaran
ARTIKEL PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
Oleh :
RAHMAT HASAN
1125040010
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Upaya mengoptimalkan kemampuan guru
yang belum merata dan didorong oleh kemauan untuk memperbaiki mutu evaluasi
pembelajaran yang sampai saat ini masih rendah , perlu menjadi bahan kajian
mahasiswa untuk senantiasa menelaah dan mengkaji dimana titik-titik
hambatannya, sehingga dipandang perlu membahasnya dalam dunia akademik.
Penyampaian informasi pembelajaran yang dirancang dan didesain sedemikian
baiknya, namun tidak diimbangi dengan telaah evaluasi yang akan diujikan maka
keberhasilan pembelajaran belum dapat diukur dan dinilai pencapaiannya.
Istrumen penelitian jenis tes
merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam proses
pembelajaran, namun masih banyak guru yang tidak melakukan penelitian jenis tes
terlebih dahulu sebelum memberikan tes bahkan aspek evaluasi hasil belajar ini
diabaikan.
Angket juga merupakan instrument
pengumpulan data yang mempunyai banyak kelebihan diantaranya dapat mengumpulkan
informasi data dalam waktu yang sama dan subyek yang banyak. Namun guru jarang
melakukan hal ini dalam proses pembelajaran yang ditelitinya. Setelah data
dikumpulkan harus diuji keabsahannya. Maka harus dilakukan uji validitas dan
reabelitas.
Selain siswa diukur dan dinilai
dalam bentuk memberikan evalusi pendidikan siswa juga dinilai aspek afektifnya
dengan format penilaian yang ditetapkan oleh guru. Setelah semua selesai
dilaksanakan maka harus membuat pelaporan hasil penilaian yang dipublikasikan
dalam bentuk laporan hasil penilaian. Misalnya setiap semester siswa menerima
rapor hasil belajar selama satu semester.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dan alasan/dasar evaluasi?
2.
Sebutkan syarat-syarat tes yang baik?
3.
Jelaskan langkah-langkah pokok dalam
evaluasi!
4.
Sebutkan alat evaluasi?
5.
Jelaskan penilaian acuan patokan dan
penilaian acuan norma!
C. Tujuan
Makalah
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui pengertia dan alasan/dasar
evaluasi.
2.
Mampu menjelaskan syarat-syarat tes yang
baik
3.
Mampu menjelaskan langkah-langkah pokok
dalam evaluasi
4.
Mampu menyebutkan alat evaluasi
5.
Mampu menjelaskan penilaian acuan
patokan dan penilaian acuan norma
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertia dan Alasan/Dasar Evaluasi
1.
Pengertian Evaluasi
Istilah yang sering
muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah pengukuran, penilaian
dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka perlu
penegasan arti seperti yang dikemukakan oleh DR. Suharsimi Arikunto sebagai
berikut:
a. Mengukur
adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif.
b. Menilai
adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.
Penilaian bersifat kuantitatif.
c. Mengadakan
evalusi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai.
2. Alasan/Dasar
Evaluasi
Sedangkan alas an/dasar evaluasi di
dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Surya Brata
bisa dikelompokan menjadi tiga kelompok yakni dasar psikologis, didaktis dan
administrative.
a. Dasar
Psikologis
(1) Ditinjau
dari anak didik
Anak manusia yang belum dewasa pada
umumnya belum mampu memilih ide dan melaksanakan seecara lepas dari pendukung
ide tersebut. Mereka belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya,
mereka belum bisa berpegangan kepada pedoman yang berasalan dari dalam dirinya,
melainkan berpedoman kepada norma-norma yang berasala dari luar dirinya, yaitu
orang dewasa, termasuk di dalamnya gurunya. Pendapat mengenai belajar dan
hasilnya juga pendidikan mereka dijadikan serta pedoman yang pasti, mereka juga
ingin mengetahui status dalam kelompoknya.
(2) Ditinjau
Dari Pendidik
Orang
tua atau wali murid adalah orang pertama yang mempunyai kepentingan mengenai
pendidikan anak-anaknya. Oleh karenanya mereka secara psikologis ingin
mengetahui hasil belajar, anak-anak mereka. Bagi pendidik professional/guru
yang diserahi sebagai tanggung jawab pendidikan tersebut juga secara psikologis
senantiasa ingin mengetahui hal yang sama. Keberhasilan atau kegagalan akan
mengakibatkan motivasi yang kuat untuk langkah berikutnya.
b. Dasar
Didaktis
(1) Ditinjau
Dari Segi Anak Didik
Keberhasilan anak didik dalam mencapai
status yang terhormat akan menimbulkan kepuasan. Kepuasan ini ingin senantiasa
diperolehnya lagi dalam waktu-waktu lain. Akibatnya siswa akan mempunyai
motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat dan sebaliknya, bila siswa
mengetahui statusnya dalam kelompoknya, mereka akan berusaha agar hasil yang
tidak/-menyenangkan tersebut tidak terulang kembali. Sehubungan dengan hal ini telah
diadakan penelitian-penelitian antara lain oleh Mursell sebagai berikut: “mengnai
soal belajar yang sederhana subjek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama (kelompol eksperimen) diberitahukan mengenai hasil-hasil pekerjaannya,
sedangkan kelompol kedua (kelompol control) tidak. Hasil kelompok pertama
ternyata lebih baik. Untuk mencek hal ini lalu dilakukan rotasi; kelompok kedua
diberitahu dan kelompol pertama tidak, ternyata hasilnya juga ikut terbalik.
(2) Ditinjau
Dari Segi Pendidikan
Hasil yang dicapai oleh siswa akan
segera memberi petunjuk terhadap guru, dalam hal-hal apa ia berhasil dan dalam
hal-hal apa ia gagal. Semua itu dipakai dasar membimibng siswanya pada saat
berikutnya.
Dari hasil evaluasi itulah, guru akan
segera mengetahui status anak dalam kelompoknya, kesamaan kesulitan yang
dihadapi oleh sebagian besar anak didiknya, kelemahan metoda yang dipilih,
kesiapan siswa dan pengetahuan dasar/pengetahuan awal yang dimiliki anak dan
juga mengetahui siapa saja di antara mereka yang perlu mendapat pembinaan dan
bibmbingan khusus atau perlu remedial.
c. Dasar
Administratif
Untuk
pemenuhan berbagai kebutuhan administrasi, maka penelitian mutlak harus
dilakukan. Tanpa data dan informasi yang diperoleh dari evaluasi, maka petugas
dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi rapor, sttb, menentukan
naik kelas atau tidak dan sejenisnya.
B. Syarat-syarat
Tes Yang Baik
Syarat-syarat
tes yang baik menurut Sumadi Suryabrata adalah sebagai berikut:
1. Reliable
2. Valid
3. Obyektif
4. Diskriminatif
5. Comprehensive
6. Mudah
digunakan.
Perlu
diketahui bahwa enam syarat tersebut sebenarnya yang paling utama adalah valid
dan reliable, namun demikian bukan berarti empat syarat yang lain kecil
artinya.
Suatu
tes dikatakan reliable bila tes
tersebut memiliki contistencif,
maksudnya bila tes diberikan kepada sekelompok subjek yang sama dalam dua
saat/waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama atau hampir sama. Untuk
menyelidiki reliabilitas suatu tes dapat dipakai bantuan statistic dengan
teknik korelasi. Misalnya dengan jalan mengkorelasikan skor testing pertama
dengan skor testing kedau atau hasil/skor dari nomor-nomor ganjil dikorelasikan
dengan hasil/skor nomor-nomor genap.
Adapun
bila suatu tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes tersebut
dapat dikatakan valid. Misalnya tes untuk mata kuliah didaktik harus
benar-benar dan hanya mengukur kepandaian anak dalam mempelajari didaktik,
tidak boleh memasukan tes tentang kecakapan bahasa inggris, meskipun sebagian
dari buku wajibnya masih berbahasa inggris. Teknik korelasi dalam hal ini juga
membantu untuk mengecek validitasnya dengan cara mengkorelasikan hasil testing
yang memakai tes tersebut dengan hasil testing yang memakai tes yang sudah
mapan atau dipandang baik. Bila korelasinya tinggi maka berarti validitasnya
pun tinggi.
Syarat
berikutnya adalah obyekti, yang mempunya pengaruh besar terhadap dua syarat
yang terdahulu. Tes dikatakan obyektif bila hasil tes tidak tergantung kepada
pemberi skor; maksudnya bila tes tersebut diskor oleh orang yang berlainan dan
dalam waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama. Selain itu tes obyekti, kalau
hanya mengandung satu kemungkinan interpretasi saja.
Selanjutnya,
tes itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukan
perbedaan-perbedaan yang sekecil-kecilnya/deskriminatif.
Syarat
keliam, tes itu harus comprehensive,
artinya tes tersebut mencakup segala percobaan yang harus diteliti. Ia harus
mampu mengungkap kemampuan siswa dari seluruh bahan yang telah diajarkan, tidak
hanya sebagian saja. Dengan demikian guru akan memperoleh informasi yang
lengkap dan siswapun tidak bisa melakukan spekulasi dalam belajar.
Sedangkan
syarat yang terakhir, tes itu harus mudah dipergunakan, tidak sulit dan
berbelit-belit, ia tidak menuntut peralatan yang banyak dan mahal, mudah
pemeriksaannya dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
C. Langkah-langkah
Pokok Dalam Evaluasi
Menurut
M. Buchori M.Ed. langkah-langkah pokok dalam evaluasi secara berurutan adalah
sebagai berikut:
·
Langkah perencanaan
·
Langkah pengumpulan data
·
Langkah perivikasi data
·
Langkah pengolahan data
·
Langkah penafsiran data
Perencanaan dalam evaluasi sebenarnya
bisa dipisahkan menjadi: persiapa umum yang meliputi, frekuensi ujian dalam
satu tahun, semester dan satuan-satuan lain yang berlaku, juga mengenai bentuk
evaluasi yang akan dipakai pada tiap-tiap tahap, merumuskan criteria. Persiapan
khusus yaitu persiapan khusus dalam rangka evaluasi tertentu misalnya: bila
ujian tertulis, maka perlu segera disiapkan tata tertib, daftar hadir, berita
acara, pengamat, kertas serta soal tertulis. Namun bila ujian lisan perlu
dipersiapkan pertanyaan-pertanyaan dan catatan-catatan khusus atas jawaban
mereka dan hal-hal lain yang diperugunak sesuai dengan tujuan ujian tadi.
Setelah perencanaan matang, maka kini
bisa saatnya peguji/pendidik akan segera mengumpulkan data. Yang dalam hal ini
harus dipertimbangkan: jenis data yang akan dikumpulkan, cara-cara yang akan
dipakai untuk memperolehnya dan alat-alat/soal-soal yang baik tentunya.
Berikut adalah verifikasi data, yaitu
penyaringan data yang masuk lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut proses
penyaringan/penelitian atau verifikasi
ini untuk memisahkan data yang buruk dan yang baik. Hal ini penting sebab data
yang buruk hanya akan merusah atau mengaburkan gambaran yang akan diperoleh. Data
yang lebih membutuhkan verifikasi adalah data yang berasal dari sumber kedua,
misalnya sekumpulan data tentang prestasi sekolah yang berasal dari berbagai
macam sekolah dari berbagai daerah. Hal semacam itu biasanya memerlukan proses
verifikasi yang cukup panjan. Contoh: suatu obyek penyelidikan yang
dilaksanakan oleh M. Buchori M.De.: Untuk mengadakan verifikasi terhadap
sekumpulan data harus diatadakan perhitungan korelasi sebanyak 135 kali dengan mempergunakan
empat jenis teknik. Perhitungan korelasi dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan perhitungan-perhitungan korelasi ini berjumlah 700 jam kerja.
Setelah selesai verifikasi, kemudian
memasuki tahap pengolahan data untuk member makna terhadap data tersebut, jenis
pengolahan bisa bersifat statstik dan juga bersifat non statistik, ini sangat
tergantung kepada jenis data dan tujuan penilaian.
Tahap terakhir adalah penafsiran pada
data, yang sebenarnya hanya merupakan verbalisasi (menjadikan data kebentuk
kalimat yang tepat dan mudah dipahami) dari makna dan arti yang sudah mulai
terasa selama proses pengolahan. Pada tahap tertakhir ini harus dilakukan
sangat hati-hati agar kesimpulan yang diambil tidak merupakan suatu hal yang
tidak sesuai atau tidak didukung oleh data yang ada (over statement atau under statemen). Misalnya:
Si A lebih
hebat dari Si B.
Di sini perlu dipertanyakan apakah perbedaan si A dan si B
betul-betul signifikan, apakah pemakaian kata hebat sudah cocok sebagai simbol
berpedaan nilai rata-rata A 6,9 sedang B 6,5?, dan sebagainya.
Selain hal-hal yang tersebut, masalah komunikasi juga
penting, artinya interpretasi terhadap data yang telah diolah harus sesuai
dengan calon penerima laporan sehingga bisa dipahami.
D. Alat
Evaluasi
Dalam
pengertian umum, alat adalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang
untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.
Kata “alat” bisa disebut juga dengan istilah “instrument”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga
dikenal dengan instrument evaluasi. Secara garis besar alat evaluasi dibagi
menjadi dua, yaitu non tes dan tes.
1. Non
tes
Alat
evaluasi non tes dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek dari individu,
sehingga tidak hanya untuk menilai aspek koknifit, tetapi juga aspek afektif
dan psikomotoriks.
Berikut ini macam-macam alat evaluasi
non tes:
a. Skala
bertingkat (rating scale)
Skala
yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan
jarak yang sama, secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.
Contoh kecenderungan seseorang terhadap jenis kesesuaian terterntu.
Gambar 1. Gambar kecenderungan seseorang
terhadap kesesuaian
b. Kuisioner
(angket)
Kuisioner
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Dengan alat ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri,
pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat dan lain-lain.
Macam-macam kuisioner
1) Ditinjau
dari segi siapa yang menjawab:
a) Kuisioner
langsung
Dikatakan
langsung jika kuisioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang
akan diminta jawaban tentang dirinya.
b) Kuisioner
tidak langsung
Yaitu
kuisioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai
keterangannya.
2) Ditinjau
dari segi cara menjawab
a) Kuisioner
tertutup (berstruktur)
Yaitu
kuisioner yang disusun dengan menggunakan pilihan jawaban, sehingga responden
tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b) Kuisioner
terbuka
Yaitu
kuisioner yang disusun sedimikian rupa, sehingga responden bebas mengemukakan
pendapatnya.
c) Daftar
cocok (cek list)
Yang
dimaksud daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasa disingkat-singkat)
di mana responden tinggal membubuhkan tanda () ditempat yang sudah disediakan.
d) Wawancara
(interview)
Wawanca
adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan Tanya jawab sepihak. Wawancara dapat digunakan untuk mengetahui
pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, dan lain-lain.
Macam-macam wawancara:
(1) Wawancara bebas (tak berstruktur)
Responden
bebas mengmukakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang dibuat
oleh subyek evaluasi.
(2) Wawancara terpimpin (berstruktur)
Yaitu
wawancara yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
e) Observasi
Observasi adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu, atau proses terjadinya suatu kegiatan
yang diaamati baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Macam-macam
observasi:
(1)
Observasi langsung
Pengamatan dilakukan terhadap/gejala atau
proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan lansung diaati oleh
pengamat.
(2)
Observasi tidak langsung
Observasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan bantuan alat tertentu.
(3)
Observasi partisipasi
Peneliti ikut melibatkan diri dalam
kehidupan responden yang sedang diteliti.
f) Riwayat
hidup
Yaitu gambaran tentang keadaan seseoran
selama masa kehidupan.dengan alat ini dapat ditarik kesimpulan tentang
kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai.
g) Studi
kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari
secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu
misalnya, mempelajari secara khusus anak nakal.
h) Sosiometri
Salah satu cara yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan dirinya, terutama
hubungan siswa dengan teman sekelasnya.
2. Tes
tes berasal dari bahasa Perancis kuno
“testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.
Sedangkan menurut istilah merupakan
alat/prosedur yang digunakan untuk mengetahui/mengukur sesuatu dalam suasana
dengan cara dan aturan tertentu.
Cirri-ciri
tes yang baik:
a. Validasi
Sebuah
data/informasi dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan keadaan
senyatanya.
Sebuah
tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.
b. Realisas
Realisas
artinya dapat dipercaya. Tes dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang
tepat apabila dites kan berkali-kali.
c. Obyektivitas
Sebuah
tes dikatak obyektif apabila tidak ada factor subyektif yang mempengaruhi.
d. Praktibilitas
Tes
mempunyai praktibilitas tinggi, apabila tes tersebut bersifat praktis; mudah
dilaksanakan, mudah diperiksa, dan dilengkapi petunjuk yang jelas.
e. Ekonomis
Dikatakan
ekonomis apabila pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga
yang banyak dan waktu yang lama.
Macam-macam bentuk tes
Secara garis besar bentuk tes dibedakan
menjadi dua yaitu:
1) tes
subyektif/uraian
Yaitu
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan/uraian kata-kata. Tes tersebut ada dua jenis:
a) Tes
uraian bebas.
Dimana
siswa diberikan kebebasan dalam mengemukakan jawabannya.
b) Tes
uraian terbatas.
Dimana
siswa diberi batasan dalam menjawab, pembatasan dari segi ruang lingkut, sudut
pandang, atau indicator.
Kelebihannya:
Mudah
dalam pembuatannya, mendorong siswa berani mengemukakan pendapat, tidak
spekulasi.
Kelemahannya:
Validitas
dan reliabilitasnya rendah, kurang mewakili bahan, pemeriksaannya sulit dan
butuh waktu lama.
2) Tes
Obyektif
Yaitu
apabila pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Macam-macam tes
obyektif:
a) Tes
benar salah
Soal-soalnya
berupa pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
b) Tes
pilihan ganda
Suatu
pernyataan yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih salah satu
dari beberapa jawaban yang disediakan.
Bagian-bagian dalam tes pilihan
ganda
Stem : bagian pernyataan
Option : alternaf jawaban
Key : kunci jawaban
Destructor : pengeco/jawaba yang salah
c) Menjodohkan
Terdiri
dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
d) Tes
isian
Disebut
juga tes menyempurnakan atau melenkapi yaitu terdiri dari atas kalimat-kalimat
yang ada bagian yang dihilangkan.
Kelebihannya:
Reprentatif mewakili bahan, mudah
dan cepat memeriksanya dan dapat diserahkan pada orang lain.
Kelemahannya:
Sulit dalam menyusunnya,
memungkinkan spekulasi, dan kerja sama antar siswa cenderung mengungkat ingatan
saja.
E. Penilaian
Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norman (PAN)
Dalam
evaluasi ada dua macam acuan yang dijadikan standar untuk membandingkan dengan
hasil pengukuran acuan tersebut adalah:
1. Penilaian
Acuan Patokan
Penilaian
berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi paedagogik. Asumsi
paedagogik didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan pesertadidik
kendalanya dapat dikurangi, maka pendidik harus memacu peserta yang pintar dan
membantu yang lemah.
Selain
itu acuan ini digunakan apabila kurikulum yang diajarkan bersifat statis;materi
yang relatif tetap dan tidak mengalami perubahan sesuai tuntutan lingkungan.
Maka metode yang digunakan adalah mastery
learning/belajar tuntas (pemahaman dalam penguasaan materi – bukan
kreatifitas peserta didik).
Sebagai
gambaran dalam menetapkan besar kecilnya presentase untuk penetapan nilai PAP
adalah sebagai berikut:
Taraf Penguasaan
Bahan
Tabel 1. Tabel
Pemberian Nilai
Taraf penguasaan
|
kualifikasi
|
Nilai huruf
|
Angka kualitas
|
91-100%
81-90%
71-80%
61-70%
Kurang dari 60%
|
Memuaskan
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
A
B
C
D
E
|
4
3
2
1
0
|
2. Penilaian
Acuan Norma PAN
Penilaian acuan norma juga dikenal
dengan penilaian acuan kelompok. Acuan ini digunakan apabila didasarkan atas
asumsi psikologik, yakni pandangan yang menyadari bahwa tidak semua orang itu
mempunyai kesamaan kemampuan, individu itu memiliki kemampuan yang beragam.
Acuan ini digunakan apabila jenis
kurikulum yang diajarkan bersifat dinamis materi selalu berubah sesuai tuntutan
lingkungan dan zaman. Pengajaran bertujuan mengembangkan kreativitas
individual.
kriteria penilaian PAN adalah
kemampuan rata-rata kelompok, kemudian individu diukur seberapa jauh menyimpang
dari rata-rata tersebut. Adapun langkah-langkah dalam mengolah nilai:
a) Memberikan
skor kepada semua peserta didik.
b) Mencari
nilai rata-rata kelompok
c) Mencari
besar kecilnya simpang baku.
d) Membuat
pedoman konversi berdasarkan skala yang dikehendaki.
e) Menentukan
nilai masing-masing peserta didik berdasarkan pedoman konversi tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Evaluasi
Istilah yang sering
muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah pengukuran, penilaian
dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka perlu
penegasan arti seperti yang dikemukakan oleh DR. Suharsimi Arikunto sebagai
berikut:
·
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
·
Menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
·
Mengadakan evalusi meliputi kedua
langkah di atas yakni mengukur dan menilai.
Alasan/Dasar
Evaluasi
Sedangkan alas an/dasar evaluasi di dalam
pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Surya Brata bisa
dikelompokan menjadi tiga kelompok yakni dasar psikologis, didaktis dan
administrative.
Syarat-syarat tes yang baik menurut Sumadi
Suryabrata adalah sebagai berikut:
·
Reliable
·
Valid
·
Obyektif
·
Diskriminatif
·
Comprehensive
·
Mudah digunakan.
Menurut M. Buchori M.Ed. langkah-langkah
pokok dalam evaluasi secara berurutan adalah sebagai berikut:
·
Langkah perencanaan
·
Langkah pengumpulan data
·
Langkah perivikasi data
·
Langkah pengolahan data
·
Langkah penafsiran data
Alat
Evaluasi
Non tes
·
Skala bertingkat (rating scale)
·
Kuisioner (angket)
Tes
·
Validasi
·
Realisas
·
Obyektivitas
·
Praktibilitas
·
Ekonomis
·
Penilaian Acuan Patokan
Penilaian
berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi paedagogik. Asumsi
paedagogik didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan pesertadidik
kendalanya dapat dikurangi, maka pendidik harus memacu peserta yang pintar dan
membantu yang lemah.
Penilaian
acuan norma juga dikenal dengan penilaian acuan kelompok. Acuan ini digunakan
apabila didasarkan atas asumsi psikologik, yakni pandangan yang menyadari bahwa
tidak semua orang itu mempunyai kesamaan kemampuan, individu itu memiliki
kemampuan yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
H. Mustakim, Drs., Psikologi Pendidikan, Pustaka Belajar,
Yogykarta, 2012
0 komentar:
Posting Komentar