BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berbagai aliran pendidikan secara umum
baik aliran klasik, aliran baru maupun aliran modern, yaitu merupakan
pemikiran, pandangan, atau gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya
melakukan pendidikan yang terjadi sebelum abad -19 (aliran baru), mereaksi
gagasan-gagasan abad 19 (aliran modern), perlu juga dipelajari beberapa aliran
pendidikan yang terjadi di masa sendiri.
Macam-macam aliran tersebut dapat
diketahui dari pandangan-pandangan dan lembaga-lembaga pendidikan yang
didirikan oleh berbagai ahli pendidikan di Indonesia. Macam dan jenis lembaga
pendidikan tersebut dilihat dari adanya ragam latar belakang dan kepentingan
pendiriannya. Ada yang karena kepentingan ras dan suku seperti sekolah serikat
Ambon, karena kepentingan memperjuangkan kaum sesamanya seperti sekolah Dewi
Sartika dan sekolah Kartini, karena kepentingan persatuan seperti sekolah Budi
Utomo karena kepentingan agama seperti sekolah-sekolah yang diadakan oleh lembaga-lembaga
pendidikan yang dibawah naungan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan (NU,
Muhammadiyah, dsb) dan masih banyak lagi latar belakang dan kepentingannya
sehingga bermunculan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia. Walaupun
demikian ke semua jenis lembaga yang bermunculan tersebut bermaksud ingin
mewujudkan yang berciri khas atau sesuai dengan karakteristik sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia sendiri.
Dari berbagai
aliran pendidikan di Indonesia ada dua aliran pokok yang perlu kita pelajari
yaitu pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS. Hal ini antara lain karena latar belakang dan
kepentingan pendiriannya untuk semua bangsa secara umum tanpa melihat ras,
suku, daerah, wilayah , keyakinan, dan keagamaan, atau golongan tertentu saja,
sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu, waktu
pendiriannya terutama karena mereaksi pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah kolonial Belanda yang sangat tidak menguntungkan kepentingan bangsa
Indonesia, baik kesempatan yang diberikan, diskriminasi bangsa dan golongan,
maupun kepentingan hasil pendidikan misalnya hanya untuk menyiapkan pegawai
rendahan yang dibutuhkan oleh Belanda. Juga oleh karena gagasan atau
pemikiran-pemikirannya dan realisasi pendidikannya telah diakui oleh
tokoh-tokoh dari aliran pendidikan dunia. Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa
gagasan atau pemikiranya telah dilaksanakan dalam pendidikan nasional sekarang
ini seperti system among, pelaksanaan sekolah kejuruan dan sebagainya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
riwayat berdirinya Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS?
2. Apa asas
dan tujuan Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS?
3. Apa
upaya yang dilakukan oleh Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS untuk
mencapai tujuan pendidikan?
4. Apa
yang dicapai oleh Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS?
C.
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui riwayat berdirinya Pendidikan Taman Siswa
dan Pendidikan INS.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui asas dan tujuan Pendidikan Taman Siswa
dan Pendidikan INS.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui upaya yang dilakukan oleh Pendidikan
Taman Siswa dan Pendidikan INS untuk mencapai tujuan pendidikan.
4.
Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang dicapai oleh dicapai oleh
Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS.
D. MANFAAT
Dari pembuatan laporan ini diharapkan terpenuhinya beberapa
manfaat, diantaranya yaitu dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
mengenai dua aliaran pokok pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN TAMAN SISWA
1.
Riwayat Pendidikan Taman Siswa
Pendidikan Taman
Siswa berdiri pada 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara yang
dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Awal pendirian taman siswa di
awali dengan ketidakpuasan dengan pola pendidikan yang di lakukan oleh
pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara kolonial yang memberikan
fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di
katakan oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi
system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.
Gambar 1.
Pendidikan Taman Siswa pada tahun 1939
Gambar 2.
Tokoh Ki Hajar Dewantara, pendiri Pendidikan Taman Siswa
Sebab itu,
maka di dirikanlah Taman Siswa, berdirinya Taman Siswa merupakan tantangan
terhadap politik pengajaran kolonial dengan mendirikan pranata tandingan. Taman
Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang
menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman
Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan
perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya.
Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb,
sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Dengan proses
berdirinya Taman Siswa Ki hajar Dewantara telah mengesampingkan pendapat revolusioner
pada masa itu, tapi dengan seperti itu secara langsung usaha Ki Hajar merupakan
lawan dari politik pengajaran kolonial. Lain dari pada itu, kebangkitan
bangsa-bangsa yang di jajah dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial umumnya
disebut dengan istilah nasionalisme atau paham kebangsaan menuju kemerdekaan.
Taman Siswa mencita-citakan terciptanya pendidikan nasional, yaitu pendidikan
yang beralas kebudayaan sendiri. Dalam pelaksanaannya pendidikan Taman Siswa
akan mengikuti garis kebudayaan nasional dan berusaha mendidik angkatan muda di
dalam jiwa kebangsaan.
Pendidikan
Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan
yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam
sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap
harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang
memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among
tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam
sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi
baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih
didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik,
bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat
anak didik ternyata akan keluar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di
jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Gambar 3. Logo Taman Siswa
Pendidikan Taman
siswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunnatullah),
Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan
minat maing-masing individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada
keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat
dan martabat setiap orang).
2.
Perjuangan Sebelum Mendirikan Taman Siswa
Sebelum memasuki lapangan pendidikan, bersama dengan dua
teman lainnya Dr. Cipto Mangun Kusuma dan Dr. Danurdirjo Setyabudi, Ki Hajar
Dewantara mendirikan organisasi politik yang bersifat revolusioner, sehingga
terkenal dengan nama tiga serangkai pendiri Indische Partij (IP).
Pada saat itu juga (1912) Ki Hajar Dewantara bersama dengan
Dr. Cipto Mangunkusuma mendirikan Komite Bumiputera yang bertujuan memprotes
adanya keharusan bagi rakyat Indonesia yang dijajah untuk merayakan kemerdekaan
Nederland dari penindasan Napoleon yang dengan paksa mengumpulkan uang sampai
ke pelosok-pelosok. Dengan brosur pertama yang berjudul “Seandainya aku orang
Belanda” dari karyanya sendiri yang secara singkat isinya tidak selayaknya
bangsa Indonesia yang ditindas ikut merayakan kemerdekaan dari bangsa Belanda
yang menindasnya.
Karena dianggap bahaya, Ki Hajar Dewantara diinternir ke
Bangka, kemudian dieksternir ke negeri Belanda atas permintaannya sendiri. Pada
masa dan di tempat inilah ia mendapatkan kesempatan untuk mempelajari masalah
pendidikan dan pengajaran. Setelah 4 tahun, dengan tanpa diminta putusan
eksternir itu dicabut sehingga ia dapat pulang kembali ke tanah airnya.
Sekembali ke tanah air, ia meneruskan perjuangan politiknya,
dimulai lagi dari menulis di surat kabar yang berjudul “Kembali ke
Pertempuran”. Beliau menjadi sekretaris politik, dan menjadi redaktur tiga
majalah dari partai politik (National Indesche Partij) tersebut yaitu De
Beweging, Persatuan India, dan Penggugah. Dengan aktifnya kedunia
politik, hidupnya hanya untuk masuk dan keluar penjara.
Karena semakin kejam Pemerintah Belanda terhadap rakyat
Indonesia, lebih-lebih terhadap pergerakan rakyat Indonesia dan agar perjuangan
untuk kepentingan bangsa lebih bermanfaat maka Ki Hajar Dewantara meninggalkan
medan politik yang nampak, memasuki medan pendidikan dan pengajaran (1921)
dimulai dari mengajar pada Sekolah Adhidarma kepunyaan kakaknya R.M
Suryopranoto di Yogyakarta.
3.
Reaksi
Pemerintah Kolonial Terhadap Taman Siswa
Taman
Siswa bisa dianggap sebagai tempat pemupukan kader masyarakat Indonesia di masa
mendatang dan yang sudah pasti akan berusaha pula untuk menumbangkan kekuasaan
kolonial. Oleh karena itu, pemerintah jajahan berusaha untuk menghalang-halangi
perkembangan Taman Siswa khususnya, sekolah-sekolah partikelir umumnya. Sejak
itu Taman Siswa akan menghadapi perjuangan asasi, melawan politik pemerintah
Hindia Belanda. Pada tahun 1931 timbul pendapat di kalangan orang Belanda yang
memperingatkan pemerintah, bahwa apabila tidak diadakan peninjauan kembali atas
pengajaran Gubernur, Taman Siswa akan menguasai keadaan dalam tempo sepuluh
tahun.
Pemerintah
konservatif Gubernur Jendral de jonge menyambut kegelisahan orang Belanda
dengan mengeluarkan “ordonansi pengawasan” yang dimuat dalam Staatsblad no. 494
tanggal 17 September 1932. Isi dan tujuan dari ordonansi itu ialah memberi
kuasa kepada alat-alat pemerintah untuk mengurus wujud dan isi sekolah-sekolah
partikelir yang tidak dibiayai oleh negeri. Sekolah partikelir harus meminta
izin lebih dahulu sebelum dibuka dan guru-gurunya harus mempunyai izin
mengajar. Rencana pengajaran harus pula sesuai dengan sekolah-sekolah negeri,
demikian juga peraturan-peraturannya. Ordonansi itu menimbulkan perlawanan umum
di kalangan masyarakat Indonesia dan dimulai oleh prakarsa Ki Hadjar Dewantara
yang mengirimkan protes dengan telegram kepada Gurbernur Jenderal di Bogor pada
tanggal 1 Oktober 1932.
Pada
tanggal 3 Oktober 1932, Ki Hadjar Dewantara mengirimkan maklumat kepada segenap
pimpinan pergerakan rakyat, yang menjelaskan lebih lanjut sikap yang diambil
Taman Siswa. Aksi melawan ordonansi ini disokong sepenuhnya oleh 27 organisasi
antara lain Istri sedar, PSII, Dewan Guru Perguruan Kebangsaan di Jakarta, Budi
Utomo, Paguyuban Pasundan, Persatuan Mahasiswa, PPPI, Partindo, Muhammadiyan,
dan lain-lainnya. Juga golongan peranakan Arab dan Tionghoa menyokong aksi ini.
Pers nasional tidak kurang menghantam ordonansi itu melalui tajuk rencananya.
Moh. Hatta sebagai pemimpin Pendidikan Nasional Indonesia, menganjurkan supaya
mengorganisasi aksi yang kuat. Pada bulan Desember 1932 Wiranatakusumah,
anggota Volksraad mengajukan pertanyaan pada pemerintah dan disusul pada bulan
Januari 1933 dengan sebuah usul inisiatif.
Usul
inisiatif yang disokong oleh kawan-kawannya di dalam Volksraad, berisi: menarik
kembali ordonansi yang lama serta mengangkat komisi untuk merencanakan
perubahan yang tetap. Budi Utomo dan Paguyuban Pasundan mengancam akan menarik
wakil-wakilnya dari dewan-dewan, apabila ordonansi ini tidak dicabut pada
tanggal 31 Maret 1933. Juga di kalnag para ulama aksi melawan ordonansi sekolah
liar ini mendapat sambutan, terbukti dengan adanya rapat-rapat Persyarikatan Ulama
di Majalengka dan Ulama-ulama Besar di Minangkabau. Pemerintah terkejut akan
tekad perlawanan akan masyarakat Indonesia dan setelah mengeluarkan beberapa
penjelasan dan mengadakan pertemuan dengan Ki Hadjar Dewantara, akhirnya dengan
keputusan Gubernur Jenderal tanggal 13 Februari 1933 ordonansi Sekolah liar
diganti dengan ordonansi baru.
Gambar 4. Kongres Taman Siswa Tahun 1930 di Yogyakarta
Perlawanan
Taman Siswa terhadap ordonansi sekolah liar merupakan masa gumilang bagi
sejarahnya, yang juga berarti mempertahankan hak, menentukan diri sendiri bagi
bangsa Indonesia. Sesudah itu Taman Siswa akan mengadakan lagi perlawanan
terhadap peraturan pemerintah kolonial yang dapat dianggap merugikan rakyat.
Pada tahun 1935 Taman Siswa mempunyai 175 cabang yang tersebar di sekolahnnya
ada 200 buah, dari mulai sekolah rendah hingga sekolah menengah.
4.
Sikap Taman Siswa Pada Revolusi dan
Indonesia Merdeka
Pada saat setelah
Indonesia merdeka, Taman Siswa mengadakan Rapat Besar (Konprensi) yang ke-9 di
Yogyakarta. Tapi dengan masa kemerdekaan ini tidak semua guru Taman siswa
menyadari akan datang juga masa baru untuk Perguruan nasional mereka. Dalam
Rapat besar itu terdapat tiga pendapat di kalangan Taman siswa dalam menghadapi
kemerdekaan.
Pertama,
pendapat bahwa tugas Taman Siswa telah selesai dengan tercapainya Indonesia
merdeka. Karena menurut pendukung pendapat ini, peran taman siswa sebagai
penggugah keinsafan nasional sudah habis, dan faktor melawan pemerintah jajahan
tidak ada lagi.
Kedua,
Taman Siswa masih perlu ada, sebelum pemerintah Republik dapat mengadakan
sekolah-sekolah yang mencukupi keperluan rakyat. Lagi pula isi sekolah-sekolah
negeri pun belum dapat diubah sekaligus sebagai warisan sistem pengajaran yang
lampau.
Ketiga,
sekolah-sekolah partikelir yang memang mempunyai dasar sendiri tetap di
perlukan, walaupun nantinya jumlah sekolah sudah cukup dan isinya juga sudah nasional.
Perbedaan
pendapat di kalangan Taman Siswa membawa dampak yang tidak bisa dielakkan, para
pendukung pendapat pertama banyak yang meninggalkan Taman siswa. Taman siswa
banyak di tinggalkan oleh pendukung aktif yang tahan uji. Namun hal ini tidak
mengherankan karena sebenarnya orang-orang Taman Siswa hanya berpindah tempat
mengisi kemerdekaan. Misal saja bapak Taman Siswa sendiri, Ki Hajar Dewantara,
pada awal kemerdekaan menjadi menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang
pertama di dalam pemerintahan. Bagi Taman Siswa sendiri yang terpenting ialah
pembentukan panitia yang berkewajiban meninjau kembalinya peraturan taman siswa
dengan segala isinya. Panitia ini di ketuai oleh S. Manggoensarkoro dan
kesimpulan panitia ini diterima oleh Rapat Besar Umum (Kongres) V di Yogyakarta
pada bulan Desember 1947.
Pada
masa itu, Belanda telah mulai aksi militernya yang pertama pada 21 Juli 1947,
sehingga Rapat Besar Umum, membahas tentang kedudukan cabang-cabang di daerah
pendudukan. Kembali di daerah pendudukan Belanda muncul sebutan “sekolah liar”
tapi tidak hanya sekolah partikelir saja tapi sekolah Republik pun dinyatakan
“sekolah liar” ketika sekolah di Jakarta di tutup, maka gedung Taman Siswa di
jalan Garuda 25 di banjiri oleh murid-murid. Semangat yang luar biasa ditunjukkan
oleh sekolah Taman siswa yang berada di daerah pendudukan. Mereka berusaha
mempertahankan sekolah mereka meski Majelis Luhur di Yogyakarta tidak
menyetujui diteruskannya sekolah di daerah pendudukan. Tapi akhirnya majelis
Luhur mengizinkan untuk membuka terus cabang-cabang Taman Siswa di daerah
pendudukan.
5.
Asas
Pendidikan Taman Siswa
Ada beberapa asas Pendidikan Taman
Siswa, yaitu :
a.
Bahwa setiap orang mempunyai hak
mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
b.
Bahwa pengajaran harus memberi
pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan
diri.
c.
Bahwa pengajaran harus berdasar pada
kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d.
Bahwa pengajaran harus tersebar luas
sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
e.
Bahwa sebagai konsekuensi hidup
dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus membelanjai sendiri segala
usaha yang dilakukan.
f.
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu
adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi
demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
g.
Asas kemerdekaan, asas kodrat alam,
asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
6.
Tujuan Pendidikan Taman Siswa
Tujuan
dari Pendidikan Taman Siswa adalah sebagai berikut :
a.
Sebagai
badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
b.
Membangun
anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya,
serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
7.
Upaya-upaya
yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh taman siswa adalah
menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang
lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
8.
Hasil-hasil
yang Dicapai
Taman
siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional,
lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa
pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.
B.
PENDIDIKAN INS
1.
Riwayat Singkat Pendidikan INS
INS
(Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad
Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana
pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya
Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta
didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa
yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
INS
yang dipelopori oleh Moch. Syafei, menekankan bahwa bangsa Indonesia harus
memiliki watak yang merdeka. INS mempergunakan sistem sekolah kerja yang
kreatif yang tidak terikat oleh kurikulum. INS merupakan sekolah umum yang unik
dengan memberikan bidang-bidang:
a.
Pendidikan keterampilan (pertukangan
kayu, besi, keramik, listrik, pateri),
b.
Pendidikan pertanian (bercocok
tanam, peternakan, perikanan, dan teknologinya),
c.
Pendidikan karya seni (senirupa,
drama, tari, olah raga), dan
d.
Pendidikan manajemen ( pengelolaan
koperasi, perpustakaan, asrama).
Sebagaimana
Taman Siswa, INS juga menekankan pentingnya asrama bagi perkembangan anak
didik.
Dari
berbagai tempat datang permintaan supaya Angku M. Syafei mendirikan sekolah
yang dicita-citakannya itu. Di Jakarta mendapat dukungan dari M.Thamrin dengan
partainya, Kaum Betawi, Pastor Wabbe yang memimpin perguruan katholik serta
Budi Utomo, di Ambon, di Makasar, Medan dan Ujung pandang. Sesudah
dipertimbangkan maka pilihan jatuh untuk mendirikannya yaitu di Sumatera Barat
(Minangkabau), yang menjadi faktor pendorong adalah karena kebiasaan pemudanya
yang suka merantau ketempat lain. Tetapi di Minangkabau sendiri menghadapai
berbagai kendala karena disana sering terjadi pemberontakan dan udara politik
yang hangat yang dihidupkan kaum politik dan islam.
Untuk
mengatasi kendala itu, dibuatlah kerjasama dengan perkumpulan pegawai kereta
api dan tambang Ombilin yang dipimpin oleh ayahnya sendiri pada waktu di
Sumatra Barat yang mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.
Kerjasama itu berjalan dengan baik selama lebih dari 10 tahun, kemudian karena
beban sekolah itu sudah bertambah banyak dan tidak dapat dipenuhi lagi oleh
perkumpulan itu maka Tanggal 31 oktober 1926 diserahkan kepada M.
Syafei untuk mengelolanya dengan tidak ada syarat apapun.
2.
Ruang Pendidikan INS
Kayutanam
adalah sebuah nama desa kecil di Sumatera Barat sedangkan INS sebuah lembaga
pendidikan yang tersohor dengan nama RP Indonesche Nederlandsche School (Ruang
Pendidikan INS) Kayutanam. RP INS kayutanam tahun 1926 memiliki 75
orang siswa terdiri atas dua kelas (1A dan 1B) dengan bahasa pengantar bahasa
Indonesia. Gedung sekolah RP INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun
1927 terbuat dari bambu beratap rumbia.
Perkembangan
selanjutnya INS yang sekarang berada di bawah tanggung jawabnya, diusahakan
supaya berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Atas Jasa Dr. Sjofjan Rassat,
pemimpin rumah sakit di Kayu Tanam dan pemimpin urusan kesehatan pada perguruan
INS pada tahun 1935 perguruan INS dapat memakai tanah Erpacht seluas 8 hektar
di desa pelabihan, yang berjarak 3 kilometer di luar Kayutanam. Sebelumya INS
hanya menempati tanah seluas 1 hektar tetapi tanah itu telah penuh dengan kelas
sehingga tidak dapat menambah gedung, sedangkan masih banyak tempat belajar
yang kurang selain rumah guru dan asrama siswa. Tahun 1936 pemindahan dilakukan
berangsur-angsur dan pada bulan November 1936 murid-murid sudah dapat belajar
di Pelabihan
Proses
pemindahan dari Kayutanam ke Desa Palabihan selesai pada tahun 1939. Kemajuan
terus tercapai dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan 3
perumahan guru, dengan jumlah murid 600 orang, asrama dilengkapi dengan satu
ruang makan dan dapur, 1 restoran, 1 gedung koperasi, 1 lapangan tennis, 1
tempat berenang dan bersampan, 1 tambak ikan, taman bacaan, 1 tempat bersenam,
1 ruang ibadah, 1 workshop (ruang teori dan praktek), 1 pesanggerahan, 1 ruang
auditorium (teater dan paneran), 1 kebun percobaan, 1 ruang peternakan, 2 buah
rumah peranginan, 1 tribun lapangan bola dengan kamar pakaian, ruang musik, 1
politeknik dan 8 ruang belajar Kolom renang disini dimaksudkan untuk
menumbuhkan jiwa watermindednes pada pelajar karena letak Indonesia
yang dikelilingi oleh lautan dihalaman depan INS di Pelabihan terdapat tanah
seluas 20 hektar milik R. Sjofjan Rassat yang kemudian diserahkan untuk
pemeliharaan ternak kerbau kolektif dan sawah-sawah serta pemerahan susu.
Tumbuh-tumbuhan disini mengenai getah kelapa dan buah-buahan sedang dihalaman
INS ditanami tanaman muda atau sayur. Pemindahan dan pembangunan INS menelan
banyak biaya untuk keperluan itu. Ibu Chalidjah megizinkan menjual sebagian
perhiasannya seharga enam ribu gulden. Untuk membayar pelunasan dan biaya
operasional INS ini diperoleh dari berbagai kerajinan tangan siswa dan
kreatifitas lainnya seperti dengan menggelar pertunjukan dengan tiket
terjangkau, termasuk tidak menerima subsidi dari pihak manapun termasuk dari
pemerintah Belanda. Walaupun sebenarnya pihak Belanda bersedia memberikan
segala macam bantuan tetapi semua bantuan itu dia tolak.
Untuk
Tengku M. Sjafei sendiri Belanda berusaha untuk membujuk beliau dengan berbagai
macam kedudukan seperti menjadi asisten Lektor dalam Bahasa Indonesia di
Universitas Leiden, menjadi Hoofd redaktur pada balai pustaka, serta menjadi
Ajunct Inspektur pada pendidikan untuk anak-anak Bumiputra.Beliau lebih suka
pada perguruan sendiri walaupun sulit tetapi merdeka. Tahun 31
oktober 1941 M.Sjafei berhenti sebagai orang yang mempunyai perguruan tersebut
semua Inventarisnya diserahkan pada Nusa dan Bangsa Indonesia.
Gambar 5. Moh.
Syafei, pendiri Pendidikan INS
3.
Asas Pendidikan INS
Pada awal
didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut :
a.
Berpikir
logis dan rasional
b.
Keaktifan
atau kegiatan
c.
Pendidikan
masyarakat
d.
Memperhatikan
pembawaan anak
e.
Menentang
intelektualisme
4.
Tujuan
Pendidikan INS
Asas-asas di atas kemudian disempurnakan dan mencakup
berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin
dicapai, adalah sebagai berikut :
a.
Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b.
Memberi pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
c.
Mendidik para pemuda agar berguna
untuk masyarakat
d.
Menanamkan kepercayaan terhadap diri
sendiri dan berani bertanggung jawab.
e.
Mengusahakan mandiri dalam
pembiayaan.
5.
Upaya-upaya
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa
usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan
berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan
penerbitan majalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku
pelajaran.
6.
Hasil-hasil
yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan
nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang
pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Dari berbagai aliran pendidikan di
Indonesia ada dua aliran pokok yang perlu kita pelajari yaitu pendidikan Taman
Siswa dan Pendidikan INS.
2.
Pendidikan Taman Siswa berdiri
pada tanggal 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara yang dilahirkan di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.
3.
Pendidikan Taman siswa berciri
khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunnatullah), Kebudayaan
(menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masing
individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan
berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap
orang).
4.
INS (Indonesiche Nederlansce School)
merupakan sekolah yang didirikan dan dipelopori oleh Mohammad Syafei di
Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar).
B.
SARAN
1.
Memahami setiap pembahasan dari dua aliran pokok
pendidikan yang ada di Indonesia.
2.
Membaca biografi tentang sosok tokoh pendidikan yang
mempelopori terbentuknya Taman Siswa dan INS.
3.
Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan
materi makalah ini agar anda
mendapatkan tambahan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ivan Sujatmoko.2011. http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/sejarah-taman-siswa.html (Sejarah Taman Siswa)
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La
Sulo. 2005. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: Rineka Cipta
Grand Junction Casino - MapYRO
BalasHapusGrand Junction Casino offers you the ultimate 영주 출장샵 in Las Vegas entertainment, featuring 24/7 문경 출장마사지 Vegas-style 의왕 출장안마 casino gaming and a wide variety of 문경 출장샵 table games. Take advantage of daily promotions, 성남 출장마사지