Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Daftar Blog Saya

Selasa, 03 Juni 2014

Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Berbagai aliran pendidikan secara umum baik aliran klasik, aliran baru maupun aliran modern, yaitu merupakan pemikiran, pandangan, atau gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya melakukan pendidikan yang terjadi sebelum abad -19 (aliran baru), mereaksi gagasan-gagasan abad 19 (aliran modern), perlu juga dipelajari beberapa aliran pendidikan yang terjadi di masa sendiri.
Macam-macam aliran tersebut dapat diketahui dari pandangan-pandangan dan lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh berbagai ahli pendidikan di Indonesia. Macam dan jenis lembaga pendidikan tersebut dilihat dari adanya ragam latar belakang dan kepentingan pendiriannya. Ada yang karena kepentingan ras dan suku seperti sekolah serikat Ambon, karena kepentingan memperjuangkan kaum sesamanya seperti sekolah Dewi Sartika dan sekolah Kartini, karena kepentingan persatuan seperti sekolah Budi Utomo karena kepentingan agama seperti sekolah-sekolah yang diadakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang dibawah naungan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan (NU, Muhammadiyah, dsb) dan masih banyak lagi latar belakang dan kepentingannya sehingga bermunculan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia. Walaupun demikian ke semua jenis lembaga yang bermunculan tersebut bermaksud ingin mewujudkan yang berciri khas atau sesuai dengan karakteristik sesuai dengan budaya bangsa Indonesia sendiri.
Dari berbagai aliran pendidikan di Indonesia ada dua aliran pokok yang perlu kita pelajari yaitu pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS. Hal ini antara lain karena latar belakang dan kepentingan pendiriannya untuk semua bangsa secara umum tanpa melihat ras, suku, daerah, wilayah , keyakinan, dan keagamaan, atau golongan tertentu saja, sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu, waktu pendiriannya terutama karena mereaksi pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda yang sangat tidak menguntungkan kepentingan bangsa Indonesia, baik kesempatan yang diberikan, diskriminasi bangsa dan golongan, maupun kepentingan hasil pendidikan misalnya hanya untuk menyiapkan pegawai rendahan yang dibutuhkan oleh Belanda. Juga oleh karena gagasan atau pemikiran-pemikirannya dan realisasi pendidikannya telah diakui oleh tokoh-tokoh dari aliran pendidikan dunia. Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa gagasan atau pemikiranya telah dilaksanakan dalam pendidikan nasional sekarang ini seperti system among, pelaksanaan sekolah kejuruan dan sebagainya.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana riwayat berdirinya Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS?
2.    Apa asas dan tujuan Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS?
3.    Apa upaya yang dilakukan oleh Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS untuk mencapai tujuan pendidikan?
4.    Apa yang dicapai oleh Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS?

C.      TUJUAN
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :
1.      Mahasiswa dapat mengetahui riwayat berdirinya Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui asas dan tujuan Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui upaya yang dilakukan oleh Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS untuk mencapai tujuan pendidikan.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang dicapai oleh dicapai oleh Pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS.

D.      MANFAAT
Dari pembuatan laporan ini diharapkan terpenuhinya beberapa manfaat, diantaranya yaitu dapat dijadikan sebagai salah satu referensi mengenai dua aliaran pokok pendidikan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENDIDIKAN TAMAN SISWA
1.      Riwayat Pendidikan Taman Siswa
Pendidikan Taman Siswa berdiri pada 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Awal pendirian taman siswa di awali dengan ketidakpuasan dengan pola pendidikan yang di lakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara kolonial yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di katakan oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.

 
Gambar 1. Pendidikan Taman Siswa pada tahun 1939

Gambar 2. Tokoh Ki Hajar Dewantara, pendiri Pendidikan Taman Siswa

Sebab itu, maka di dirikanlah Taman Siswa, berdirinya Taman Siswa merupakan tantangan terhadap politik pengajaran kolonial dengan mendirikan pranata tandingan. Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb, sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Dengan proses berdirinya Taman Siswa Ki hajar Dewantara telah mengesampingkan pendapat revolusioner pada masa itu, tapi dengan seperti itu secara langsung usaha Ki Hajar merupakan lawan dari politik pengajaran kolonial. Lain dari pada itu, kebangkitan bangsa-bangsa yang di jajah dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial umumnya disebut dengan istilah nasionalisme atau paham kebangsaan menuju kemerdekaan. Taman Siswa mencita-citakan terciptanya pendidikan nasional, yaitu pendidikan yang beralas kebudayaan sendiri. Dalam pelaksanaannya pendidikan Taman Siswa akan mengikuti garis kebudayaan nasional dan berusaha mendidik angkatan muda di dalam jiwa kebangsaan.
Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan keluar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Gambar 3. Logo Taman Siswa

Pendidikan Taman siswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunnatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).

2.      Perjuangan Sebelum Mendirikan Taman Siswa
Sebelum memasuki lapangan pendidikan, bersama dengan dua teman lainnya Dr. Cipto Mangun Kusuma dan Dr. Danurdirjo Setyabudi, Ki Hajar Dewantara mendirikan organisasi politik yang bersifat revolusioner, sehingga terkenal dengan nama tiga serangkai pendiri Indische Partij (IP).
Pada saat itu juga (1912) Ki Hajar Dewantara bersama dengan Dr. Cipto Mangunkusuma mendirikan Komite Bumiputera yang bertujuan memprotes adanya keharusan bagi rakyat Indonesia yang dijajah untuk merayakan kemerdekaan Nederland dari penindasan Napoleon yang dengan paksa mengumpulkan uang sampai ke pelosok-pelosok. Dengan brosur pertama yang berjudul “Seandainya aku orang Belanda” dari karyanya sendiri yang secara singkat isinya tidak selayaknya bangsa Indonesia yang ditindas ikut merayakan kemerdekaan dari bangsa Belanda yang menindasnya.
Karena dianggap bahaya, Ki Hajar Dewantara diinternir ke Bangka, kemudian dieksternir ke negeri Belanda atas permintaannya sendiri. Pada masa dan di tempat inilah ia mendapatkan kesempatan untuk mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran. Setelah 4 tahun, dengan tanpa diminta putusan eksternir itu dicabut sehingga ia dapat pulang kembali ke tanah airnya.
Sekembali ke tanah air, ia meneruskan perjuangan politiknya, dimulai lagi dari menulis di surat kabar yang berjudul “Kembali ke Pertempuran”. Beliau menjadi sekretaris politik, dan menjadi redaktur tiga majalah dari partai politik (National Indesche Partij) tersebut yaitu De Beweging, Persatuan India, dan Penggugah. Dengan aktifnya kedunia politik, hidupnya hanya untuk masuk dan keluar penjara.
Karena semakin kejam Pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia, lebih-lebih terhadap pergerakan rakyat Indonesia dan agar perjuangan untuk kepentingan bangsa lebih bermanfaat maka Ki Hajar Dewantara meninggalkan medan politik yang nampak, memasuki medan pendidikan dan pengajaran (1921) dimulai dari mengajar pada Sekolah Adhidarma kepunyaan kakaknya R.M Suryopranoto di Yogyakarta.

3.      Reaksi Pemerintah Kolonial Terhadap Taman Siswa
Taman Siswa bisa dianggap sebagai tempat pemupukan kader masyarakat Indonesia di masa mendatang dan yang sudah pasti akan berusaha pula untuk menumbangkan kekuasaan kolonial. Oleh karena itu, pemerintah jajahan berusaha untuk menghalang-halangi perkembangan Taman Siswa khususnya, sekolah-sekolah partikelir umumnya. Sejak itu Taman Siswa akan menghadapi perjuangan asasi, melawan politik pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1931 timbul pendapat di kalangan orang Belanda yang memperingatkan pemerintah, bahwa apabila tidak diadakan peninjauan kembali atas pengajaran Gubernur, Taman Siswa akan menguasai keadaan dalam tempo sepuluh tahun.
Pemerintah konservatif Gubernur Jendral de jonge menyambut kegelisahan orang Belanda dengan mengeluarkan “ordonansi pengawasan” yang dimuat dalam Staatsblad no. 494 tanggal 17 September 1932. Isi dan tujuan dari ordonansi itu ialah memberi kuasa kepada alat-alat pemerintah untuk mengurus wujud dan isi sekolah-sekolah partikelir yang tidak dibiayai oleh negeri. Sekolah partikelir harus meminta izin lebih dahulu sebelum dibuka dan guru-gurunya harus mempunyai izin mengajar. Rencana pengajaran harus pula sesuai dengan sekolah-sekolah negeri, demikian juga peraturan-peraturannya. Ordonansi itu menimbulkan perlawanan umum di kalangan masyarakat Indonesia dan dimulai oleh prakarsa Ki Hadjar Dewantara yang mengirimkan protes dengan telegram kepada Gurbernur Jenderal di Bogor pada tanggal 1 Oktober 1932.
Pada tanggal 3 Oktober 1932, Ki Hadjar Dewantara mengirimkan maklumat kepada segenap pimpinan pergerakan rakyat, yang menjelaskan lebih lanjut sikap yang diambil Taman Siswa. Aksi melawan ordonansi ini disokong sepenuhnya oleh 27 organisasi antara lain Istri sedar, PSII, Dewan Guru Perguruan Kebangsaan di Jakarta, Budi Utomo, Paguyuban Pasundan, Persatuan Mahasiswa, PPPI, Partindo, Muhammadiyan, dan lain-lainnya. Juga golongan peranakan Arab dan Tionghoa menyokong aksi ini. Pers nasional tidak kurang menghantam ordonansi itu melalui tajuk rencananya. Moh. Hatta sebagai pemimpin Pendidikan Nasional Indonesia, menganjurkan supaya mengorganisasi aksi yang kuat. Pada bulan Desember 1932 Wiranatakusumah, anggota Volksraad mengajukan pertanyaan pada pemerintah dan disusul pada bulan Januari 1933 dengan sebuah usul inisiatif.
Usul inisiatif yang disokong oleh kawan-kawannya di dalam Volksraad, berisi: menarik kembali ordonansi yang lama serta mengangkat komisi untuk merencanakan perubahan yang tetap. Budi Utomo dan Paguyuban Pasundan mengancam akan menarik wakil-wakilnya dari dewan-dewan, apabila ordonansi ini tidak dicabut pada tanggal 31 Maret 1933. Juga di kalnag para ulama aksi melawan ordonansi sekolah liar ini mendapat sambutan, terbukti dengan adanya rapat-rapat Persyarikatan Ulama di Majalengka dan Ulama-ulama Besar di Minangkabau. Pemerintah terkejut akan tekad perlawanan akan masyarakat Indonesia dan setelah mengeluarkan beberapa penjelasan dan mengadakan pertemuan dengan Ki Hadjar Dewantara, akhirnya dengan keputusan Gubernur Jenderal tanggal 13 Februari 1933 ordonansi Sekolah liar diganti dengan ordonansi baru.
 












Gambar 4. Kongres Taman Siswa Tahun 1930 di Yogyakarta

Perlawanan Taman Siswa terhadap ordonansi sekolah liar merupakan masa gumilang bagi sejarahnya, yang juga berarti mempertahankan hak, menentukan diri sendiri bagi bangsa Indonesia. Sesudah itu Taman Siswa akan mengadakan lagi perlawanan terhadap peraturan pemerintah kolonial yang dapat dianggap merugikan rakyat. Pada tahun 1935 Taman Siswa mempunyai 175 cabang yang tersebar di sekolahnnya ada 200 buah, dari mulai sekolah rendah hingga sekolah menengah.

4.      Sikap Taman Siswa Pada Revolusi dan Indonesia Merdeka
Pada saat setelah Indonesia merdeka, Taman Siswa mengadakan Rapat Besar (Konprensi) yang ke-9 di Yogyakarta. Tapi dengan masa kemerdekaan ini tidak semua guru Taman siswa menyadari akan datang juga masa baru untuk Perguruan nasional mereka. Dalam Rapat besar itu terdapat tiga pendapat di kalangan Taman siswa dalam menghadapi kemerdekaan.
Pertama, pendapat bahwa tugas Taman Siswa telah selesai dengan tercapainya Indonesia merdeka. Karena menurut pendukung pendapat ini, peran taman siswa sebagai penggugah keinsafan nasional sudah habis, dan faktor melawan pemerintah jajahan tidak ada lagi.
Kedua, Taman Siswa masih perlu ada, sebelum pemerintah Republik dapat mengadakan sekolah-sekolah yang mencukupi keperluan rakyat. Lagi pula isi sekolah-sekolah negeri pun belum dapat diubah sekaligus sebagai warisan sistem pengajaran yang lampau.
Ketiga, sekolah-sekolah partikelir yang memang mempunyai dasar sendiri tetap di perlukan, walaupun nantinya jumlah sekolah sudah cukup dan isinya juga sudah nasional.
Perbedaan pendapat di kalangan Taman Siswa membawa dampak yang tidak bisa dielakkan, para pendukung pendapat pertama banyak yang meninggalkan Taman siswa. Taman siswa banyak di tinggalkan oleh pendukung aktif yang tahan uji. Namun hal ini tidak mengherankan karena sebenarnya orang-orang Taman Siswa hanya berpindah tempat mengisi kemerdekaan. Misal saja bapak Taman Siswa sendiri, Ki Hajar Dewantara, pada awal kemerdekaan menjadi menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang pertama di dalam pemerintahan. Bagi Taman Siswa sendiri yang terpenting ialah pembentukan panitia yang berkewajiban meninjau kembalinya peraturan taman siswa dengan segala isinya. Panitia ini di ketuai oleh S. Manggoensarkoro dan kesimpulan panitia ini diterima oleh Rapat Besar Umum (Kongres) V di Yogyakarta pada bulan Desember 1947.
Pada masa itu, Belanda telah mulai aksi militernya yang pertama pada 21 Juli 1947, sehingga Rapat Besar Umum, membahas tentang kedudukan cabang-cabang di daerah pendudukan. Kembali di daerah pendudukan Belanda muncul sebutan “sekolah liar” tapi tidak hanya sekolah partikelir saja tapi sekolah Republik pun dinyatakan “sekolah liar” ketika sekolah di Jakarta di tutup, maka gedung Taman Siswa di jalan Garuda 25 di banjiri oleh murid-murid. Semangat yang luar biasa ditunjukkan oleh sekolah Taman siswa yang berada di daerah pendudukan. Mereka berusaha mempertahankan sekolah mereka meski Majelis Luhur di Yogyakarta tidak menyetujui diteruskannya sekolah di daerah pendudukan. Tapi akhirnya majelis Luhur mengizinkan untuk membuka terus cabang-cabang Taman Siswa di daerah pendudukan.

5.      Asas Pendidikan Taman Siswa
Ada beberapa asas Pendidikan Taman Siswa, yaitu :
a.       Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
b.      Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c.       Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d.      Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
e.       Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
f.       Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
g.      Asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.

6.      Tujuan Pendidikan Taman Siswa
Tujuan dari Pendidikan Taman Siswa adalah sebagai berikut :
a.       Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
b.      Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

7.      Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh taman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.

8.      Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.

B.     PENDIDIKAN INS
1.      Riwayat Singkat Pendidikan INS
INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
INS yang dipelopori oleh Moch. Syafei, menekankan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki watak yang merdeka. INS mempergunakan sistem sekolah kerja yang kreatif yang tidak terikat oleh kurikulum. INS merupakan sekolah umum yang unik dengan memberikan bidang-bidang:
a.       Pendidikan keterampilan (pertukangan kayu, besi, keramik, listrik, pateri),
b.      Pendidikan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan teknologinya),
c.       Pendidikan karya seni (senirupa, drama, tari, olah raga), dan
d.      Pendidikan manajemen ( pengelolaan koperasi, perpustakaan, asrama).
Sebagaimana Taman Siswa, INS juga menekankan pentingnya asrama bagi perkembangan anak didik.
Dari berbagai tempat datang permintaan supaya Angku M. Syafei mendirikan sekolah yang dicita-citakannya itu. Di Jakarta mendapat dukungan dari M.Thamrin dengan partainya, Kaum Betawi, Pastor Wabbe yang memimpin perguruan katholik serta Budi Utomo, di Ambon, di Makasar, Medan dan Ujung pandang. Sesudah dipertimbangkan maka pilihan jatuh untuk mendirikannya yaitu di Sumatera Barat (Minangkabau), yang menjadi faktor pendorong adalah karena kebiasaan pemudanya yang suka merantau ketempat lain. Tetapi di Minangkabau sendiri menghadapai berbagai kendala karena disana sering terjadi pemberontakan dan udara politik yang hangat yang dihidupkan kaum politik dan islam.
Untuk mengatasi kendala itu, dibuatlah kerjasama dengan perkumpulan pegawai kereta api dan tambang Ombilin yang dipimpin oleh ayahnya sendiri pada waktu di Sumatra Barat yang mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah Hindia Belanda. Kerjasama itu berjalan dengan baik selama lebih dari 10 tahun, kemudian karena beban sekolah itu sudah bertambah banyak dan tidak dapat dipenuhi lagi oleh perkumpulan itu maka Tanggal 31 oktober 1926 diserahkan kepada M. Syafei untuk mengelolanya dengan tidak ada syarat apapun.

2.      Ruang Pendidikan INS
Kayutanam adalah sebuah nama desa kecil di Sumatera Barat sedangkan INS sebuah lembaga pendidikan yang tersohor dengan nama RP Indonesche Nederlandsche School (Ruang Pendidikan INS) Kayutanam. RP INS kayutanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas (1A dan 1B) dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Gedung sekolah RP INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun 1927 terbuat dari bambu beratap rumbia.
Perkembangan selanjutnya INS yang sekarang berada di bawah tanggung jawabnya, diusahakan supaya berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Atas Jasa Dr. Sjofjan Rassat, pemimpin rumah sakit di Kayu Tanam dan pemimpin urusan kesehatan pada perguruan INS pada tahun 1935 perguruan INS dapat memakai tanah Erpacht seluas 8 hektar di desa pelabihan, yang berjarak 3 kilometer di luar Kayutanam. Sebelumya INS hanya menempati tanah seluas 1 hektar tetapi tanah itu telah penuh dengan kelas sehingga tidak dapat menambah gedung, sedangkan masih banyak tempat belajar yang kurang selain rumah guru dan asrama siswa. Tahun 1936 pemindahan dilakukan berangsur-angsur dan pada bulan November 1936 murid-murid sudah dapat belajar di Pelabihan
Proses pemindahan dari Kayutanam ke Desa Palabihan selesai pada tahun 1939. Kemajuan terus tercapai dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan 3 perumahan guru, dengan jumlah murid 600 orang, asrama dilengkapi dengan satu ruang makan dan dapur, 1 restoran, 1 gedung koperasi, 1 lapangan tennis, 1 tempat berenang dan bersampan, 1 tambak ikan, taman bacaan, 1 tempat bersenam, 1 ruang ibadah, 1 workshop (ruang teori dan praktek), 1 pesanggerahan, 1 ruang auditorium (teater dan paneran), 1 kebun percobaan, 1 ruang peternakan, 2 buah rumah peranginan, 1 tribun lapangan bola dengan kamar pakaian, ruang musik, 1 politeknik dan 8 ruang belajar Kolom renang disini dimaksudkan untuk menumbuhkan jiwa watermindednes pada pelajar karena letak Indonesia yang dikelilingi oleh lautan dihalaman depan INS di Pelabihan terdapat tanah seluas 20 hektar milik R. Sjofjan Rassat yang kemudian diserahkan untuk pemeliharaan ternak kerbau kolektif dan sawah-sawah serta pemerahan susu. Tumbuh-tumbuhan disini mengenai getah kelapa dan buah-buahan sedang dihalaman INS ditanami tanaman muda atau sayur. Pemindahan dan pembangunan INS menelan banyak biaya untuk keperluan itu. Ibu Chalidjah megizinkan menjual sebagian perhiasannya seharga enam ribu gulden. Untuk membayar pelunasan dan biaya operasional INS ini diperoleh dari berbagai kerajinan tangan siswa dan kreatifitas lainnya seperti dengan menggelar pertunjukan dengan tiket terjangkau, termasuk tidak menerima subsidi dari pihak manapun termasuk dari pemerintah Belanda. Walaupun sebenarnya pihak Belanda bersedia memberikan segala macam bantuan tetapi semua bantuan itu dia tolak.
Untuk Tengku M. Sjafei sendiri Belanda berusaha untuk membujuk beliau dengan berbagai macam kedudukan seperti menjadi asisten Lektor dalam Bahasa Indonesia di Universitas Leiden, menjadi Hoofd redaktur pada balai pustaka, serta menjadi Ajunct Inspektur pada pendidikan untuk anak-anak Bumiputra.Beliau lebih suka pada perguruan sendiri walaupun sulit tetapi merdeka. Tahun 31 oktober 1941 M.Sjafei berhenti sebagai orang yang mempunyai perguruan tersebut semua Inventarisnya diserahkan pada Nusa dan Bangsa Indonesia.

Gambar 5. Moh. Syafei, pendiri Pendidikan INS

3.      Asas Pendidikan INS
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut :
a.       Berpikir logis dan rasional
b.      Keaktifan atau kegiatan
c.       Pendidikan masyarakat
d.      Memperhatikan pembawaan anak
e.       Menentang intelektualisme

4.      Tujuan Pendidikan INS
Asas-asas di atas kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, adalah sebagai berikut :
a.       Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b.      Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c.       Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
d.      Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
e.       Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

5.      Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan majalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.

6.      Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Dari berbagai aliran pendidikan di Indonesia ada dua aliran pokok yang perlu kita pelajari yaitu pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS.
2.      Pendidikan Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.
3.      Pendidikan Taman siswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunnatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masing individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
4.      INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan dan dipelopori oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar).

B.     SARAN
1.      Memahami setiap pembahasan dari dua aliran pokok pendidikan yang ada di Indonesia.
2.      Membaca biografi tentang sosok tokoh pendidikan yang mempelopori terbentuknya Taman Siswa dan INS.
3.      Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi makalah ini agar anda mendapatkan tambahan pengetahuan.







DAFTAR PUSTAKA

Ivan Sujatmoko.2011. http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/05/sejarah-taman-siswa.html (Sejarah Taman Siswa)


Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. PENGANTAR PENDIDIKAN. Jakarta: Rineka Cipta

____ http://yefrichan.wordpress.com/category/ins-kayutanam/Sejarah Berdirinya INS Kayutanam

 

_____ http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/makalah-aliran-pendidikan.html

 

_____ http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_5.htm

 

_____ http://anahrahmat44artikle.blogspot.com


1 komentar:

  1. Grand Junction Casino - MapYRO
    Grand Junction Casino offers you the ultimate 영주 출장샵 in Las Vegas entertainment, featuring 24/7 문경 출장마사지 Vegas-style 의왕 출장안마 casino gaming and a wide variety of 문경 출장샵 table games. Take advantage of daily promotions, 성남 출장마사지

    BalasHapus